Tidak Kapok

Tidak Kapok

SEPAKAT anti korupsi (dari kiri) Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parwansa, Ketua KPK Firli Bahuri, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, dan Wakil Ketua DPRD Jatim Sahat Tua Simanjuntak.--

Sahabat Disway yang baru saja bebas dari penjara mengusulkan agar Jasmas dihapus. Itu tidak sehat. Betapa besar anggaran yang menguap. "Katakanlah yang masuk jadi uang komisi anggota DPRD 30 persen dari nilai proyek. Yang 70 persennya pun belum tentu proyeknya ada," ujarnya.

Kalau Jasmas dihapus dari mana dapat tambahan uang?

"Naikkan saja penghasilan anggota DPRD. Jadi Rp 200 juta," katanya. "Besar tapi legal," tambahnya.

Semua anggota DPRD mungkin setuju dengan usul itu. Hanya rakyat yang mungkin akan keberatan. Tapi apalah arti rakyat. Toh sudah mewakilkannya ke mereka. Atau sekali-kali giliran rakyat memikirkan wakilnya: bagaimana agar penghasilan mereka lebih besar lagi. (*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 28 Desember 2022: Alat Puruhito

AnalisAsalAsalan

@AK Kalau sampean mau makan di luar, ada warung yang laris dan di sebelahnya ada yang sepi. Sampean milih mana? Sebagian besar orang milih yang laris. Dokter juga seperti itu. Di kampung saya dulu -- rumah orang tua -- dua dokter praktik berseberangan jalan, satu ramai, satu sepi. Jadi, pasien juga yang menentukan.

Mbah Mars

Pagi-pagi begini saya dibuat kaget. Tiba-tiba Prof Puruhito menyebut nama saya, MARS. 

r4ud0h 1978

Pernah ikut kuliah umum yang disampaikan oleh salah satu bupati di jawa barat. bupati itu menyampaikan dia tidak disukai oleh dokter di RS kabupaten tersebut, padahal kata dia, dia Hanya memberikan masukan. dokter itu kan dapat fee dari Perusahaan farmasi, itu fee jangan semua masuk ke dokter, tapi misal 70% dokter, 10% dibagikan ke tim Kesehatan yang lain, toh tidak mungkin dokter bekerja sendiri, kesuksesan merawat pasien adalah kerja tim, masa tim Kesehatan lain misal perawat, bidan dan profesi lain tidak dapat, dań itu nominalnya kecil yang akan dibagi kepada semla profesi selain dokter di rs tersebut, dań 20% kenntungan sisanya kembali ke rumah sakit tempat dia bekerja, untuk pemeliharaan alat, untuk membeli alat kesehatan dll, tapi masukan (kebijakan) itu ditolak mentah mentah, dia menjadi bupati yang dimusuhi. trus beliau menyampaikan dokter itu profesi yang sejatinya dari awal kuliah sudah dilatih untuk menjadi profesi yang sombong, karena apa lulus langsung dipanggil dokter, ada semacam lgs jumawa dalam hatinya, ada g sarjana yang lain lulus ketemu dimana saja dipanggil, bu sarjana hukum? bu sarjana peternakan, bu apotek engga mereka tetap dipanggil langsung namanya, tidak dengan gelarnya. pak menkes Hebat lanjutkan pak

La Fazza Artha

Baca Disway kemarin dan hari ini beserta komentar2nya, saya baru paham kenapa orang yg mendapat jadwal operasi lammmmaaaaaaa sekali nunggu tindakannya. Dulu, setiap saya mendengar ada orang yg mau operasi tapi jadwalnya lama sampai 3 bulan saya pikir karena orangnya harus 'disiapkan' dulu kondisinya (sering perawat bilang begitu ke pasiennya). Bahkan sampai ada pasiennya jadi jenuh akhirnya pasrah "wis d pundut sing Kuasa ya ora apa apa, drpd nunggu operasi lama. Ikhlas mawon". Ternyata seperti itu toh cerita "dibalik layar" tindakan operasi di bidang kedokteran. Baru tahu sayanya. 

Otong Sutisna

Perusuh, sebenarnya pingin sekali ikut Agrinex, tapi izin istri sangat sulit karena Indra ke 6, 7 perusuh lebih tajam kalau liat yang bening - bening. Mungkin ada solusi dari Abah untuk menyakinkan para istri biar mereka percaya bahwa suami mereka pulang dengan selamat tanpa lecet apapun luar dalam.... Mungkin buat istri perusuh yang mau berangkat ke Agrinex, bisa kerja sama dengan KPU setempat untuk di stempel lebih dahulu "anunya" biar pulang kelihatan jujur apa enggak nya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: