Tidak Kapok

Tidak Kapok

SEPAKAT anti korupsi (dari kiri) Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parwansa, Ketua KPK Firli Bahuri, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, dan Wakil Ketua DPRD Jatim Sahat Tua Simanjuntak.--

Kadang dengan istri nya juga jarang ketemu, ketemu di tempat tidur sang istri sudah tidur pulas.... begitu bangun Pasien sudah nunggu depan rumah.... selesai di rumah langsung cus ke RS, atau klinik 1,2 bahkan 3...makanya jangan heran istri dokter kinclong 2, mobil, hp, tas, baju dll keluaran terbaru, sang dokter mungkin anda sudah tahu....

AnalisAsalAsalan

@PS Persis seperti anak saya ketika kemah pertama kali saat kelas 5. Dia bertanya terus, "Nanti tidurnya bagaimana?" "Mandinya antri atau tidak?" "Makanannya kesukaanku? Kalau ga, bagaimana?" Pak Pry, Wong sampean sendiri yang menulis tidak takut apa pun. Lha, kemah gitu aja gupuh setengah mati. Jauh panggang dari sate. Kalau sampean memang harus hati-hati, ya ga usah ikut. Menurut analisis saya -- yang asal-asalan ini -- nanti bakalan capek saat pulang. Bisa jadi camp-nya juga sama pegawai Disway. Satu tenda empat orang. Namun, kalau sampean ikhlas... Ya, anggap saja pengalaman baru, meski pahit, ikut aja... So, gitu saja kok repot. Hahahahaha.

Cah Kene ae

Saya membayangkan, Pak Pry berangkat ke Agrinex nyangklong tas ransel. Kompor, termos dan cangkir seng diikat di tas. Biyuuhhh.....pating grandhul. Kaya tukang kredit panci.

Jimmy Marta

Sangat wajar jk sekelas kita2 perusuh "cemburu" dg life pak bos. Kuat perjalanan jauh. Kurang tidur tp pagi2 tetap berdansa. Dan terlatih serta adaptif dg kondisi yg ada... Coba lihat selevel prof Puruhito aja juga cemburu. Usia beliau hanya bbrp langkah didepan pak bos. Tp beliau pasti dah menjaga sekali kondisinya. Membatasi jalan2 jauh. Mengurangi konsumsi yg berpotensi hipertensi, gula darah , kolesterol dsb nya. Dan bahkan mungkin gk berani menyentuh durian. Salam sehat prof.. Nah bagi yg terpilih ikut camp cikeusik, anda harus sekuat dan seadaptif sohibul bait. Camping itu bukan mondok, bukan nginap. Ini pasti dialam terbuka. Segala kemungkinan cuaca bisa saja terjadi. Bekali saja diri anda dg segala sesuatunya. Pemanas air, jaket, balsem dan parasetamol sekalipun.... Tapi jangan ragu, semua agenda dah dibuat rundown rinci. Ikuti sj acara dg lapang pikiran dan senang hati. Semoga semua lancar dan sehat. Titip salam tuk pak bos DI. Dan jgn lupa tuk mba Pipit juga...haha..

Juve Zhang

Lihat pengalaman berobat 1994 di Tiongkok memang Dokter semua full time di 1 RS. Dan tak buka praktek sore, dan beaya dulu itu very cheap lah .mondok 2 Minggu plus segala makan, obat dll. Setara nginap di hotel bintang 3 selama 2 Minggu. Entah zaman now. Satu hal mereka mengunjungi pasien secara kelompok jadi pasien di bahas oleh beberapa dokter, walaupun di pegang satu dokter tapi dokter lain bisa beri masukan. Gotong royong. Makanya ilmu kedokteran maju pesat di sana. Tapi yg utama jangan sakit berat, merepotkan para dokter. Di kota kecil ada juga dokter top seorang profesor praktek pribadi pake ramuan tradisional herbal, tarifnya suka suka pasien.wkwkwkw. mau ngasih 50,000, 100,000 berapa pun ok. Ilmunya jangan tanya kelas suhu top. Bahkan di panggil ke Amerika buat ngobatin pasien parah. Semakin tinggi ilmunya semakin sosial jiwanya.wwkkw

Munif Arifin

Jadi ingat saat berjuang bersama dengan nyonya, dulu. Untuk menentukan jenis dan regimen kemo, harus menunggu berbulan antri alat mahal itu. Berburu, berjibaku dengan waktu. Celakanya sel kanker itu tak akan mau tahu. Bermanuver tiada menentu. Untung ada fasilitas rawat inap VIP yang segera memangkas waktu tunggu alat mahal itu. Dan beruntung pula setelah itu bertemu dokter berhati malaikat (saya mutlak setuju dengan sebutan para PPDS pada ibu dokter berhati mulia ini). Kami berinteraksi dengan beliau hampir 6 tahun setelah itu. Terima kasih bu. Mugi tulus hati ibu menjadikan lapang Husnul khotimah nyonya.

Theodorus Trianto

Saat Prof Purohito memperdalam pengetahuannya di Univ. Erlangen Jerman , Nib Soehendra juga bekerja di Univ..Eppendorf Hamburg.Nib Soehendra lahir di Jakarta Th 1943. Prof Soehendra kariernya sebagai pelopor dibidang therapie ERCP bukan hanya di Europa tetapi.di dunia. (Wikipedia)

AnalisAsalAsalan

Urun rembug sedikit tentang pendidikan dokter spesialis. Menurut saya tak perlu dipermasalahkan university based atau hospital based. Yang penting kompetensinya. Biarlah dua-duanya jalan, yang penting ada yang menguji kompetensi. Begitu pun gelar, mau sama atau beda juga ga masalah, yang penting kompetensinya. Masalah utama adalah kalau hospital based, apakah setiap dokter spesialis atau spesialis konsultan bisa jadi pembimbing? Belum tentu. Di dunia IT saja, seorang programmer boleh jago, tetapi disuruh ngajar bisa ampun-ampun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: