Kue Keranjang, Warisan Kuliner Imlek yang Tetap Bertahan di Kota Tasikmalaya

Kue Keranjang, Warisan Kuliner Imlek yang Tetap Bertahan di Kota Tasikmalaya

Pedagang kue keranjang di Kota Tasikmalaya sedang melayani pembeli, Jumat 24 Januari 2025. istimewa--

BACA JUGA:Tujuh HP dengan Kamera Terbaik di Tahun 2025, Berbasis Teknologi AI yang Menjadi Standar Baru Fotografi Mobile

Warisan Keluarga Sejak 1950  

Hom Sen bukanlah pemain baru dalam bisnis kue keranjang. Usaha ini telah dirintis oleh neneknya, Ny. Sim, sejak 1950. 

"Dulu nenek saya memulai dari nol, hanya mengandalkan pesanan dari keluarga-keluarga Tionghoa di Tasikmalaya," kenangnya.

Seiring waktu, bisnis ini berkembang, bahkan menarik minat pembeli dari luar etnis Tionghoa.  

BACA JUGA:Apa Makna Shio Ular Imlek 2025? Begini Penjelasan Pakar Fengshui!

Meski bahan dasarnya hanya tepung ketan dan gula, proses pembuatannya tidak bisa dianggap sepele. 

"Pengukusan harus dilakukan selama 12 jam agar teksturnya pas dan bisa tahan lama. Kalau prosesnya benar, kue ini bisa bertahan hingga satu tahun tanpa bahan pengawet," jelasnya.  

Namun, Hom Sen mengakui tantangan besar dalam mempertahankan usahanya. 

"Harga bahan baku terus naik. Gula mahal, tepung ketan juga naik. Sekarang, harga jualnya Rp 40 ribu per kilogram," keluhnya.  

BACA JUGA:Sistem Pemberitahuan Tilang Elektronik (ETLE) via WhatsApp, Panduan Cara Cek Status Tilang Elektronik

Kue Keranjang dan Identitas Budaya  

Di tengah persaingan bisnis kuliner modern, kue keranjang tetap memiliki tempat di hati masyarakat. 

Tidak hanya sebagai bagian dari tradisi Imlek, tetapi juga sebagai warisan budaya yang terus dijaga.  

"Kue ini bukan sekadar makanan, tapi juga simbol. Setiap gigitan membawa kenangan dan harapan," ujar Hom Sen.  

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait