Kue Keranjang, Warisan Kuliner Imlek yang Tetap Bertahan di Kota Tasikmalaya

Kue Keranjang, Warisan Kuliner Imlek yang Tetap Bertahan di Kota Tasikmalaya

Pedagang kue keranjang di Kota Tasikmalaya sedang melayani pembeli, Jumat 24 Januari 2025. istimewa--

TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM – Menjelang Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili yang jatuh pada Rabu 29 Januari 2025, geliat produksi kue keranjang di Kota Tasikmalaya semakin terasa. 

Di sudut Jalan Salakaso, aroma manis ketan dan gula memenuhi ruangan rumah produksi milik Hom Sen (62), seorang pengrajin kue keranjang generasi kedua.  

"Pesanan sudah banyak yang masuk, terutama dari pelanggan setia. Sejak beberapa minggu lalu, kami terus produksi tanpa henti," ujar Hom Sen kepada wartawan, Jumat 24 Januari 2025. 

Baginya, momen Imlek adalah puncak kesibukan tahunan, di mana permintaan kue keranjang melonjak drastis.  

BACA JUGA:KB Bank Ekspansi ke Tasikmalaya, Incar Segmen Prioritas dan UMKM

Kue keranjang atau Nian Gao dalam tradisi Tionghoa, bukan sekadar kudapan biasa. 

Tekstur lengketnya melambangkan persatuan keluarga, sementara rasanya yang manis diartikan sebagai harapan akan kehidupan yang lebih baik di tahun yang baru. 

Karena makna filosofis inilah, kue keranjang selalu hadir dalam setiap perayaan Imlek.  

Namun, menariknya, kue ini tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat Tionghoa. 

BACA JUGA:Mobil Tabrak Motor di Kadipaten Tasikmalaya, Seorang Pelajar Mengalami ...

Di Kota Tasikmalaya, kue keranjang juga cukup populer di kalangan masyarakat pribumi. 

Mereka mengenalnya dengan berbagai nama, seperti Dodol Cina atau Jawadah Korang.  

"Kalau masyarakat Tionghoa biasanya menyantapnya langsung atau setelah dikukus, orang pribumi lebih suka mengolahnya dulu," terang Hom Sen.  

"Kue keranjangnya dipotong dulu, lalu dicelupkan ke adonan tepung kemudian digoreng seperti pisang goreng," sambungnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait