Siapa Membunuh Putri (14) – Edo Terpedo

Siapa Membunuh Putri (14) – Edo Terpedo

Ilustrasi.-Foto: Istimewa/Net-

Polisi menangkap Awang dan bersama Runi, pacarnya itu. Mereka ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan berencana. Semua media memberitakan persis seperti apa yang disiarkan humas Polresta. Kecuali Dinamika Kota, koran kami. 

Kami mempertanyakan motif pembunuhan itu. Menurut polisi, Awang membunuh Putri karena kesal. Runi pacarnya, kerap dimarahi oleh Putri, majikannya itu. Menurut pengacara di kantor Restu Suryono, narasumber yang kerap kami mintai pendapat, motif itu lemah.

Awang dan Runi, sepenelusuran kami, belum lama berpacaran. Mencari pekerjaan bagi Runi bukanlah sulit. Kota ini sedang perlu banyak pekerja. Bagi Runi mendapatkan pekerjaan sebagai operator di pabrik perakitan semudah membeli bakso di depan pintu keluar pabrik. Kalau dia tak betah bekerja menjadi pembantu di rumah Putri, berhenti saja. Hari itu berhenti, besok dia bisa dapat pekerjaan. 

Investigasi kecil-kecilan kami, Runi betah bekerja di rumah Putri. Dia majikan yang royal. Memang Putri berperangai kasar. Tapi sekasar apa sih sampai Awang harus membela pacarnya itu dengan membunuh Putri? Sebuah motif yang sangat meragukan. Itu berita yang ditulis Ferdy sebelum penyerangan terhadap dirinya.

Saya tiba-tiba mencemaskannya. Apa dia aman di rumah sakit? Kami tadi sudah sepakati, Bang Eel gantikan saya di redaksi sementara saya mengurus dan gantikan Ferdy liputan. Malam itu saya selesaikan mengecek beberapa halaman, sebelum tersisa hanya halaman pertama yang dipegang langsung Bang Eel. 

”Yon, sudah beres kan? Ke rumah sakit, yuk..,” saya mengajak Yon yang sedang asyik mendengarkan kaset baru untuk diresensi. Ada beberapa kaset di mejanya, saya lihat ada album kedua Shiela on 7, juga Dewa 19 dengan vokalis baru. Beda sekali karakter vokalnya dengan Ari Lasso, tapi enak juga. Cocok dengan lagu-lagu baru Dewa 19. 

Di parkiran kantor, Edo duduk di kursi di depan warung makan, seperti menunggu kami. ”Abang Abdur, maaf kalau saya mengganggu. Saya tak tahu jalan mau kembali ke rumah sakit,” katanya. Dia tampak lapar dan capek sekali. Saya ajak dia makan. Saya tanya apa rencana dia? Apa dia mau kembali ke Ambon?

”Saya tak boleh kembali kalau tak bersama istri Ferdy. Sementara saya lihat mereka tak mungkin dipisahkan. Apalagi sekarang istrinya hamil. Tak mungkin Ferdy kasih lepas istrinya. Ferdy cerita dia banyak dibantu Abang Abdur. Saya malu, Abang bukan keluarga kami, mau bantu saudara kami. Kalau abang izinkan saya mau balas bantu Abang,” kata Edo.

”Bilang aja kamu minta kerjaan,” kata Yon.

”Siap, kalau ada kerjaan boleh kasih ke saya, Abang,” kata Edo.

”Kamu bisa apa? Jadi wartawan?” tanyaku.

”Saya bodoh kalau disuruh menulis. Saya tak bisa,” kata Edo.

”Jadi sopir mau?” tanyaku, saya ingat Bang Eel suruh saya cari sopir redaksi.

”Mau, tapi saya belajar dulu, bikin SIM dulu,” kata Edo. 

Edo tak tamat SMA. Dia banyak habiskan waktu di jalanan. Jadi preman. Tak ada kejahatan yang tak dia lakoni. Dari mencopet, memalak, sampai mengedar ganja. Terpedo itu nama jalanannya. Nama gengnya. Ada tato di lengannya: TERPEDO. Kata Edo, itu singkatan dari Terowongan Penuh Dosa. Malam itu Ferdy mulai pulih kesadarannya. Anak dan istrinya sudah bersamanya di rumah sakit. Saya minta Edo menjaganya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: