Siapa Membunuh Putri (14) – Edo Terpedo

Siapa Membunuh Putri (14) – Edo Terpedo

Ilustrasi.-Foto: Istimewa/Net-

Tolol ma dungu sering kita dengarkan... secara normal klo kita mengatakan itu kita hrsdlm kondisi marah, klodlm suasana damai berarti org itu punya penyakit

Komentator Spesialis

Kalau soal maaf memaafkan itu silahkan. Karena selama yang dihina itu bukan Allah dan Rosul Nya, bukan Islam, dianjurkan untuk memaafkan. Tetapi yang membuat saya heran adalah kemana kelompok atau orang orang yang spesialis pelapor itu gerangan ? Dulu kita malah hafal, selalu muncul "pahlawan" sosok spesialis pelapor yang anda tahu sendiri siapa dia. Atau ormas yang sangat gercep melapor ketika kelompoknya dihina. Lha ini pada kemana kok hening. Tapi hening dan aman bagus sih. Cuman saya ikut berbelasungkawa kepada ustadz Maher yang dipenjara sampai meninggal. Ataupun ketabahan ahmaddani dan gusnur.

yea aina

Pak @JM. Sepulang menjalankan paragraf IV, eh.... gak ada sih. Sempat baca komentar bapak. Se7 dengan ide imajinatif, paragraf III. Lebih parahnya, pemikiran: pemahaman agama yang sempit (distigma fanatik) sebagai penghambat kemajuan. Digelorakan oleh orang-orang yang kiranya hanya pas-pasan saja pengetahuan tentang agama, bahkan mungkin agama yang diyakininya sendiri juga. Bagaimana mungkin diagnosa bisa tepat, kalau perumusan masalah saja tidak dipahami? Beda kalau motifnya "persuasif politik", asal dianggap kompetitornya, hampir pasti distigma negatif. Agama bagi masing-masing pemeluknya, otomatis menjadi identitas pribadinya. Kiranya sedikit aneh, ada ajakan "menanggalkan" identitas disaat kita wajib menunjukkan keberpihakan di saat pencoblosan pemilu. Kecuali, bila konstitusi telah menghapus kolom "agama" di KTP kita.

Jimmy Marta

Daripada berupaya mengerahkan tenaga untuk melawan yg disebut penghambat kemajuan itu, sebaiknya tinggalkan saja mereka. Pikiran dan sumberdaya fokus saja dipakai untuk mencapai tujuan. Tujuan yg menjadi tugas pemegang amanat. Mencerdaskan mensejahterakan, melindungi dan menegakkan keadilan. Jika ada yg mengkritik, itu resiko jadi pemimpin. Keniscayaan demokrasi. Tinggal tegakkan hukum bagi yg melanggar. Kita khawatirnya, sebutan sempit pemahaman agama sbg penghambat kemajuan itu salah diagnosa. Kemudian salah obat. Padahal yg salah itu pegadaian. Yang benar itu penjual obat. Kalau sakit berlanjut hubungi dokter. Mari kita jalankan perintah agama. Sholatjumat berjamaah.. Catatan : Paragraf I serius alternatif. Paragraf II itu solutif Paragraf III itu imajinatif.

yea aina

Mengutip yang kemarin ditulis Pak Liang @EVMF: fenomena yang dialami Pak Anang AS, ditulisan kemarin: Brain Fog. Kalau tulisan Abah hari ini, mungkin lebih sesuai dengan komentar Pak @Muin TV: fenomena Brain Frog, meskipun saya yakin hanya salah ketik. Silahkan diterjemahkan masing-masing.

Al FazzaArtha

Bagi NU memaafkan buzzer itu bagian dari rahmatanlilalamin, tapi tidak bagi sesama muslim yg d anggap menghinanya. Toh si Ning ini ga d hina hanya d bercandain sama si Eko. Percaya aja saya mah ...NU kagakbakalan bawa kasus ini ke ranah hukum kecyg melakukan orang mantan FPI (mungkin). Terlalu sering Eko ini menghina Islam, dan terlalu sering pula orang NU bilang "Islam rahmatanlilalamin". *pengenngunyah sirih saya rasanya. 

didik sudjarwo

Kok saiyaga yakin kalau abah DI ga tertarik dgnsurga.Lhawongdgn jabatan (Pres atau Menteri) aja tertarik. Ngapunten.

Kang Sabarikhlas

Hah, is it true?...saya pilih aura Kasih!... Lhoanu maksudnya, bisa punya Aura di.Kasihani orang biar saya dapat pinjaman uang tanpa bunga... duh, komendisini sulit dihapus saya jadi kayak orang goblik! anu, mulai besok saya komen lewat grup WA aja... saya kanndakgoblik amat, kan cuma sangat...

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: