Hebat Guru SMAN 3 Kota Banjar Rutin Ikut Pertukaran Guru ke Australia, Makin Mendunia Nih!

Hebat Guru SMAN 3 Kota Banjar Rutin Ikut Pertukaran Guru ke Australia, Makin Mendunia Nih!

Guru-guru dan Kepala SMAN 3 Kota Banjar yang rutin mengikuti pertukaran guru ke Australia.-Foto: istimewa-

BACA JUGA:KPR BRI Tawarkan Bunga Menarik dan Bebas Ribet 

"Ya minimal, saling bertukar pikiran dan menjalin kemitraan selama melaksanakan program BRIDGE atau pertukaran guru disana (Australia, red)," pungkasnya.

Diakuinya, program tersebut bisa saja berlanjut bahkan selamanya jika guru yang bersangkutan bersedia ditempatkan dan mengajar disana. 

Seperti halnya mas Eko dari Jatim yang tinggal dan menetap jadi guru di Australia, karena negara mereka membutuhkan guru bahasa Indonesia. 

Pasalnya ada sekolah disana meminta guru untuk diminta mengajar disana, terlebih UC College Secondary School Canberra tahu ini baru membuka mata pelajaran Bahasa Indonesia.

BACA JUGA:Dua Pengedar Obat Terlarang di Tasikmalaya Terancam Hukuman 10 Tahun Penjara

"Di sekolah yang jadi mitra Pak Encang dan Ibu Krisma baru mengembangkan pelajaran Bahasa Indonesia disana. Karena mereka butuh," jelasnya.

Lanjut dia, bukan hanya Bahasa Indonesia yang dibutuhkan, 2 guru SMAN 3 Kota Banjar juga membawa misi untuk promosi budaya Indonesia termasuk Kota Banjar. Maka tidak heran jika di Australia ada balai budaya.

Bahkan di setiap sekolah ada auditorium budaya terdapat alat musik tradisional gamelan dan lainnya, agar siswanya mempelajari budaya Indonesia. 

Selain Encang dan Krisma, sudah ada tiga guru dari SMAN 3 Banjar yang mengikuti pertukaran guru, hanya saja beda programnya. 

BACA JUGA:Fenomena Alam yang Langka Awan Morning Glory yang Masih Menjadi Misteri

"Pak Encang dan Ibu Krisma program nasional, kalau yang bertiga sebelum program dari provinsi Jawa Barat," jelasnya. 

Wakasek Kesiswaan SMAN 3 Kota Banjar yang juga guru bahasa Inggris, Hilman Fauzan mengaku senang bisa ikut dalam program pertukaran guru di Australia pada tahun 2014 lalu. 

Meski hanya sebatas sharing pengalaman dan pengetahuan dengan guru-guru disana, namun sangat berkesan dan tidak sembarang masuk kelas melainkan dijadwal. 

"Waktu itu (2014) di sini (Indonesia) dan di sana (Australia) teknologinya berbeda. Di sana sudah canggih sementara di sini belum, contoh smartphone," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: