Seni Mengelola Perasaan Agar Tidak Mudah Tersinggung, Simak Pesan Gus Baha

Refleksi pesan Gus Baha, tentang kisah seorang tukang becak dan makna ketahanan pangan. --Foto: Tangkapan layar instagram
RADARTASIK.COM - Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering berinteraksi dengan berbagai orang yang memiliki latar belakang dan pandangan berbeda.
Tak jarang, perbedaan ini memicu rasa tersinggung akibat kata-kata atau tindakan yang tidak sesuai harapan.
Bagaimana cara kita mengelola perasaan tersebut sangat memengaruhi hubungan sosial dan kesehatan mental kita.
Dalam salah satu pengajian, Gus Baha menyampaikan panduan berharga tentang bagaimana merespon konflik tanpa terjebak dalam rasa tersinggung.
Dengan gaya khasnya yang sederhana namun penuh makna, beliau berkata: "Saya punya sekian khazanah tentang ngelola tersinggung."
Salah satu kunci yang ditekankan Gus Baha adalah tidak membiarkan rasa tersinggung berkembang menjadi luka hati yang semakin dalam.
Beliau mengibaratkan perasaan seperti luka kecil: jika terus digaruk, luka itu akan memburuk. Namun, jika dianggap ringan dan dibiarkan sembuh, hati akan menjadi lebih tenang.
Sebagai contoh, Gus Baha menceritakan kisah Imam Syafi'i dalam menghadapi penghinaan.
Dalam ceramahnya, Gus Baha mengisahkan: "Suatu saat Imam Syafi'i didatangi seseorang, mencium tangan beliau dengan hormat. Namun setelah itu, orang tersebut menghujatnya. Hal ini dilaporkan kepada Imam Syafi'i oleh santrinya, ‘Itu orang yang tadi mencium tangan engkau, di luar menghina engkau.’"
Respon Imam Syafi'i sangat bijak dan tenang: "Baguslah! Berarti saya punya wibawa, di depan saya dia tidak berani," ujar Imam Syafi'i seperti yang dikisahkan Gus Baha.
Kisah ini menunjukkan betapa Imam Syafi'i tidak membiarkan dirinya terprovokasi oleh penghinaan. Sebaliknya, ia memilih melihat sisi positif dari situasi tersebut.
Gus Baha juga menceritakan kisah lain tentang Imam Syafi'i yang mendengar kabar bahwa separuh penduduk kampungnya tidak menyukainya.
Dengan santai, Imam Syafi'i menanggapi: "Baguslah, kalau nggak suka saya, berarti mereka nggak akan ngutang ke saya. Yang masalah itu yang suka-suka itu, bisik-bisik, minta-minta," ungkapnya.
Cerita ini mengajarkan bahwa tidak perlu terlalu memikirkan kritik negatif atau ketidaksukaan orang lain. Sebaliknya, Imam Syafi'i melihatnya sebagai hal yang menguntungkan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: