Pesan Gus Baha Mengenai Pertemuan dengan Allah di Surga Kelak
Pesan Gus Baha mengenai pertemuan dengan Allah saat di surga kelak. --Foto: Tangkapan layar instagram
RADARTASIK.COM - Pesan-Pesan Gus Baha dalam pengajiannya sering kali mengajak kita merenungi makna hidup, ibadah, dan tujuan akhir kehidupan.
Salah satu nasehat beliau yang sangat menyentuh adalah tentang kenikmatan terbesar di surga, yaitu melihat Allah.
Dengan gaya ceramahnya yang sederhana namun mendalam, Gus Baha menyampaikan: "Di surga itu nanti kita melihat Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Makanya ada ulama ditanya, 'Kenapa shalat itu lebih indah ketimbang nikmatnya hubungan biologis?'" jelas Gus Baha.
Ungkapan ini mengarahkan kita untuk merenungkan perbandingan antara kebahagiaan duniawi dan kebahagiaan ukhrawi.
Gus Baha menguraikan bahwa nikmat dunia, seperti hubungan biologis, tidak sebanding dengan kebahagiaan spiritual, terutama saat bertemu Allah di surga.
Beliau juga memberikan ilustrasi yang sangat mengena: "Nikmatnya kamu punya anak itu apa? Kalau (anak) sakit, dia sembuh. Kalau hilang, dia datang (ketemu). Kira-kira orang yang berhubungan intim dengan orang yang anaknya sembuh dari (kondisi) koma, senang mana? (Pasti) lebih senang yang melihat anaknya sembuh dari koma." tutur Gus Baha.
Dengan contoh tersebut, Gus Baha ingin mengajak kita membayangkan kebahagiaan yang lebih tinggi, yaitu kebahagiaan yang melampaui fisik.
Perasaan saat seorang anak yang lama hilang kembali atau sembuh dari sakit berat adalah kebahagiaan yang tak tertandingi oleh kenikmatan duniawi lainnya.
Gus Baha kemudian melanjutkan dengan pesan yang lebih mendalam:
"Kalau anak ketemu saja, orang (bisa) sesenang itu, apalagi kita di surga bertemu Dzat yang lama kita sembah, yang lama kita rindukan, kemudian ketemu di surga. Maka nggak ada artinya surga tanpa melihat Allah Subhanahu Wa Ta'ala," tandas Gus Baha.
Pernyataan ini menegaskan bahwa kenikmatan tertinggi di surga bukanlah keindahan taman-tamannya atau nikmat materi lainnya, melainkan pertemuan dengan Allah yang menjadi puncak kerinduan dan cinta seorang hamba.
Pesan ini juga mengajarkan kita untuk lebih menghargai ibadah. Shalat, misalnya, bukan sekadar kewajiban, tetapi momen indah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Dalam setiap gerakan dan doa, ada rasa cinta dan kerinduan yang menjadi penghubung antara hamba dan Sang Pencipta.
Dengan memahami nasehat Gus Baha, kita diajak menjadikan ibadah bukan sekadar ritual, tetapi sebuah perjalanan cinta yang mendalam kepada Allah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: