4 Kecamatan Disebut Pusatnya ‘Harta Karun’ dari Tasikmalaya

4 Kecamatan Disebut Pusatnya ‘Harta Karun’ dari Tasikmalaya

Batu jasper yang disebut ‘harta karun’ dari Tasikmalaya stelah diolah menjadi liontin untuk perhiasan memiliki berbagai maca motif yang yang indah.-Foto: repro/tangkapanlayar/dok buku taman jasper merah-

4 Kecamatan Disebut Pusatnya ‘Harta Karun’ dari Tasikmalaya

KAB. TASIK, RADARTASIK.COM - 4 kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya disebut-sebut sebagai pusatnya ‘harta karun’ dari Tasikmalaya.

Ke 4 kecamatan tersebut adalah Cikalong, Karangnunggal, Salopa, Pancatengah.

‘Harta karun’ dari Tasikmalaya yang tersebar di empat wilayah tersebut berbentuk batu mulia jasper yang proses pembentukannya dipengaruhi oleh aktivitas gunung berapi.

BACA JUGA:Saranjana, Misteri Kota Gaib antara Mitos dan Fakta Sejarah

Adanya fenomena hidrotermal di masa lalu yaitu naiknya dapur-dapur magma ke atas permukaan bumi dan muk ke pori-pori bumi atau rekahan bebatuan yang dilewatinya, dan dikenal dengan nama proses metasomatic replacement.

Ada bebera jejak-jejak yang dapat ditelusuri berkaitan dengan terbentuknya ‘harta karun’ dari Tasikmalaya yaitu ditemukannya fosil koral, plankton, altar juga berbagai temuan lainnya. 

Endapan batu jasper sebagai ‘harta karun’ dari Tasikmalaya diprediksi berasal dari lelehan batuan di atas 1000 derajat celcius temperatur tinggi, sehingga mengalami pengendapan dan membentuk batu jasper dengan berbagai warna yang indah. 

Seorang penulis dan peneliti bernama Sujatmiko atau akrab di sapa Miko, telah melakukan penelitian tentang batu Jasper Merah, sebagai ‘harta karun’ dari Tasikmalaya di tahun 2008 silam. 

BACA JUGA:Keren, Persib Bedol Desa 9 Pemain Naturalisasi Diangkut ke Bandung, Semuanya Berlabel Timnas

Peneliti yang telah berkecimpung selama puluhan tahun berkeliling dunia, tidak pernah menemukan keindahan hamparan batu Jasper Merah seperti yang ada di Tasikmalaya.

Di tahun 1992 di Bandung, pernah dicetuskan satu ide besar untuk dapat mengabadikan berbagai batu mulia yang tersebar di Indonesia untuk diabadikan ke dalam sebuah perangko.

Tujuannya agar masyarakat menjadi tahu bahwa bebatuan yang ada di sekitarnya memiliki nilai yang cukup tinggi, sehingga tidak lagi mengekspornya dalam bentuk batu mentah.

Namun masyarakat harus mampu, mengolahnya menjadi lebih berharga lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: