Mudah Miskin Walaupun Gara-gara Tempe

Mudah Miskin Walaupun Gara-gara Tempe

Dudi Suryadi, ASN BPS Kabupaten Tasikmalaya-Foto:istimewa/dokdudi-

KOTA TASIK, RADARTASIK.COM - BPS telah merilis angka kemiskinan. Dari Level nasional hingga Kabupaten/kota. Hasilnya sama, angkanya menurun. Pun kemiskinan di wilayah Jawa Barat. Kualitas kemiskinannya lebih baik. Yaitu mengecilnya tingkat kedalaman maupun keparahan kemiskinan. 

Namun, ada yang berubah. Susunan peringkat kemiskinan. Kabar baik bagi pemerintah Kota Tasikmalaya, bukan lagi kota termiskin di Jawa barat. Kabar kurang sedap bagi Indramayu, klasemen terakhir sebagai daerah termiskin.

Seolah menjadi angka keramat. Tingginya kemiskinan menjadi cela bagi tata Kelola pemerintahan. Pusat maupun daerah. Walaupun diiringi sederet prestasi yang lain.

Begitu pun Kota Tasikmalaya. Perlu lebih dari 10 tahun agar keluar dari predikat kota termiskin. Kalah dibandingkan wilayah sekitar. Yaitu Ciamis, Garut dan Kabupaten Tasikmalaya. Walaupun indikator makro lainnya lebih unggul. Pertumbuhan ekonomi maupun IPM.

BACA JUGA:Menggembirakan, 6 Kategori Honorer Akan Diangkat PNS Tanpa Tes, Tinggal Tunggu Waktu

Sama dengan Yogyakarta dulu. IPM tinggi, Indeks Kebahagiaan tinggi, sayangnya kemiskinan pun ikut tinggi. Itu Yogyakarta dulu, berbeda dengan sekarang. Sudah lebih baik.  Walaupun masih tinggi dibandingkan dengan kemiskinan Jawa Barat.

Terjadinya Covid menjadi salah satu momentum bagi pemerintah Kota Tasikmalaya. 

Saat itu, pada bulan Maret 2021, angka kemiskinan seluruh wilayah di Jawa Barat kompak naik. Rata-rata kenaikannya 0,54 poin persen dibandingkan tahun sebelumnya. 

Pemerintah Kota Tasikmalaya boleh saja menepuk dada. Sebagai wilayah yang dapat meredam lonjakan kemiskinan selama covid. Sama-sama meningkat. Naiknya hanya 0,16 poin persen. Terendah se-Jawa Barat setelah Depok. Walaupun saat itu, masih melekat kota termiskin.

BACA JUGA:Cinta Pengkhianat

Keberhasilan pemerintah Kota Tasikmalaya dalam menghadapi krisis akan diuji kembali. 

Satu dari sekian lainnya yaitu isu resesi ekonomi 2023. Perang Rusia-Ukraina masih belum jelas. Kapan berhenti. Siapa yang menang, pihak mana yang mengalah. Selama itu, gejolak ekonomi bisa kapan saja. Selama itu, mungkin saja Rusia-Ukraina biasa saja. Tapi negara lainnya, tidak baik-baik saja. Rantai pasok global terganggu. Pun Indonesia. Kebutuhan domestik akan gandum, daging, mesin teknologi, kedelai dan farmasi masih mengandalkan impor. 

Bagi warga Kota Tasikmalaya, ketika terganggu rantai pasok barang tersebut mungkin saja tidak menjadi masalah. Kecuali satu, yaitu kedelai. Selain sebagai bahan baku industri tahu/tempe usaha rumahan, komoditas ini sebagai konsumsi utama rumah tangga miskin. Selain beras dan telur. 

Efek kedelai akan beruntun. Hukum ekonomi berlaku. Barang langka, harga naik. Kedelai hilang dari pasar, maka harganya naik. Biaya produksi naik. Ketika hal ini terjadi, pilihan bagi pengusaha yaitu menutup usaha atau mengurangi pekerja. Pilihan lainnya, menaikan harga jual tahu/tempe. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: