Renungan Hidup dalam Ceramah Gus Baha: Hidup Itu Sementara, Cuma Sekadar Mampir Saja

Renungan Hidup dalam Ceramah Gus Baha: Hidup Itu Sementara, Cuma Sekadar Mampir Saja

Hidup itu sementara hanya sekedar mampir saja, sebuah renungan dari ceramah Gus Baha. --Foto: Tangkapan layar instagram

RADARTASIK.COM - Dalam keseharian, sering kali kita mendengar keluhan orang-orang. Ada yang merasa kurang dengan harta, ingin melihat kesuksesan orang lain, atau bahkan terjebak dalam obsesi duniawi. 

Padahal, jika kita mau memikirkan, hidup di dunia ini sesungguhnya hanya sebentar saja.

Gus Baha dalam salah satu ceramahnya pernah menyampaikan bahwa hidup di dunia ini tak lebih dari sekadar "mampir minum".

“Dunia itu cuma mampir minum, kita sebentar lagi juga mati,” tandas Gus Baha.

Kalimat ini terdengar sederhana, tetapi penuh makna. Dunia yang sering kita kejar sebenarnya hanyalah tempat singgah sementara, bukan tujuan akhir.

Gus Baha menambahkan bahwa rata-rata usia manusia hanya sekitar 60-70 tahun. Setelah itu, semua yang kita kumpulkan—harta, jabatan, dan kemewahan—akan kita tinggalkan. Yang benar-benar kita bawa ke akhirat hanyalah amal ibadah.

Allah tidak pernah memerintahkan kita untuk menjadi kaya raya atau menduduki jabatan tinggi. Perintah-Nya adalah untuk bersujud, lambang ketaatan dan pengakuan bahwa kita hanyalah hamba-Nya.

“Punya nikmat yang bisa untuk membeli surga,” ujar Gus Baha, Merujuk pada kenikmatan berupa kesempatan untuk bersujud kepada Allah dengan sepenuh hati.

Nasihat Gus Baha menekankan bahwa status sosial, seperti kaya atau miskin, hanyalah bagian dari dunia yang fana. Yang bernilai di sisi Allah adalah keikhlasan dan kesadaran dalam beribadah. 

Jika kita merasa kurang karena tidak memiliki barang-barang duniawi seperti motor atau rumah mewah, itu berarti ibadah kita belum sepenuhnya ikhlas.

Ceramah Gus Baha juga menegaskan bahwa ibadah sejati adalah saat hati merasa cukup dengan apa yang Allah berikan. Ketika fokus kita bukan lagi pada dunia, tetapi pada ketaatan kepada-Nya.

Sujud bukan hanya soal gerakan fisik. Gus Baha mengutip, “Walâ taronnamtu fî sholâtî walâ rukû'î walâ sujûdî,” yang artinya: "Dan tidaklah aku menayangkan hanya melalui doaku, ruku'ku, maupun sujudku saja."

Ibadah bukan hanya tentang ritual, tapi tentang penghambaan penuh kepada Allah. Sujud yang hakiki adalah saat kita sadar bahwa hanya Allah yang menjadi tujuan kita, bukan dunia.

Pesan Gus Baha mengingatkan kita untuk berhenti mengeluh tentang apa yang tidak kita miliki. Dunia ini hanyalah tempat singgah, seperti mampir minum. Yang abadi adalah akhirat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: