Lebih dekat dengan Sutisna Sendjaya, Pejuang, Pendidik dan Jurnalis Sunda

Lebih dekat dengan Sutisna Sendjaya, Pejuang, Pendidik dan Jurnalis Sunda

Mengenal sejarah singkat Sutisna Sendjaya.-Foto: Tangkapan layar youtube/reka foto-

BACA JUGA: Ribuan Sapi di Kabupaten Tasikmalaya Telah Diperiksa Kesehatannya, 32 Ekor Tak Layak Jadi Hewan Kurban

Sutisna Senjaya menjadi redaktur pertama koran Sipatahoenan, koran berbahasa Sunda awal abad ke-20, yang juga diterbitkan oleh Paguyuban Pasundan.

Sipatahoenan diterbitkan di Tasikmalaya, dengan Sutisna Sendjaja sebagai redaktur awal, sampai akhirnya pada tanggal 9 November 1931, surat kabar ini dipindahkan ke Bandung.

Koran ini dikenal sebagai koran berbahasa Sunda yang paling lama umurnya, yaitu dari 1924 sampai 1987, yang dalam perjalanannya sempat berhenti terbit beberapa kali.

Sutisna Sendjaja sangat berperan dalam membangun reputasi Sipatahoenan, dia termasuk sosok penting yang membidani kelahiran koran tersebut.

BACA JUGA: Serangan Hama Wereng Buat Pendapatan Petani di Kota Tasikmalaya Anjlok

Dan nyatanya antusiasme masyarakat Sunda saat itu memang cukup tinggi menyambut kehadiran Sipatahoenan sebagai koran berbahasa Sunda.

Banyak masyarakat Sunda saat itu yang berlangganan Sipatahoenan karena merindukan sebuah media berbahasa Sunda.

Selain berkiprah di dunia pers, Sutiana Sendjaya juga memegang peran penting dalam perkembangan Nahdlatul Ulama Tasikmalaya.

Ia terpilih menjadi Ketua Tanfidziyah NU Tasikmalaya. Selain itu, Sutsen juga aktif di Paguyuban Pasundan.

BACA JUGA: Viral! Bule Inggris Merampas Truk, Rahmawan Ditendang Keluar Mobil, Menerobos Palang Pintu Tol Bali Mandara

Sutsen juga menunjukkan kepeduliannya terhadap pendidikan. Ia menjadi pengajar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Pasundan 1 Tasikmalaya dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sebuah sekolah untuk kaum pribumi pada masa Hindia Belanda.

Sutisna Sendjaya wafat di Bandung pada 11 Desember 1961. Dia telah meninggalkan warisan yang abadi. 

Di Kota Tasikmalaya, namanya diabadikan dalam sebuah jalan, yaitu Jalan Sutisna Sendjaya yang tidak jauh dari Alun-alun Kota Tasikmalaya, menjadi pengingat akan jasa dan pengabdiannya.

Sebagai sebuah persembahan kepada perjuangannya, namanya menjadi simbol penghargaan dan pengakuan atas kontribusinya yang besar bagi bangsa dan negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: