In Memorial Radi Nurcahya: “Sampaikan Permohonan Maaf Saya untuk Semua”

In Memorial Radi Nurcahya: “Sampaikan Permohonan Maaf Saya untuk Semua”

In memorial Radi Nurcahya-Foto: Dok Radar Tasikmalaya-

BACA JUGA:Pesona Grand Kalijati, Wisatawan Bisa Menikmati Awan di Batu Sodong Sambil Menunggu Matahari Terbit

Dia tersenyum waktu saya tiba. Saya pun membuka pembicaraan menanyakan kondisi beliau. Dia hanya bilang, 

“Ini kaki saya bengkak, jadi harus direndam pakai garam ini,” katanya membuka pembicaraan kami. Saya hanya menjawab singkat mengiyakan. Lalu saya bertanya, apakah ada hal-hal yang ingin beliau sampaikan atau ada yang ingin diceritakan? 

Pak Radi tersenyum, matanya seperti sedang menerawang. Kosong. Bicaranya mulai tersengal-sengal. Nafasnya pendek-pendek. Disela-sela helaan nafas itulah di menjawab pertanyaan saya.

“Mau minta maaf, sama kamu, sama teman-teman yang lain tolong sampaikan ya, permohonan maaf saya,” singkatnya.

BACA JUGA:Ini 2 Kunci Pendorong Keberhasilan Transformasi Digital BRI!

Waktu beliau menjawab itu, saya coba menahan air mata, supaya tidak menangis dan membuat belaiu bersedih.

“Bapak tidak perlu minta maaf, saya yang masih muda yang harusnya minta maaf sama bapak. Tidak ada ha-hal yang harus dimaafkan dari bapak. Saya yang harus minta maaf ke Bapak.” Itu yang saya jawab.

Sekitar kurang lebih satu setengah jam di rumah Beliau, permohonan maaf itu yang paling membuat saya sedih. Mungkin itu namanya firasat.

Sakit yang derita beliau memang sudah terasa sejak lama. Sekitar dua minggu ini, Pak Radi mulai ngedrop. Tidak datang ke kantor. Tapi saya sangat salut ditengah sakitnya beliau masih bekerja mengisi beberapa artikel untuk di website radartasik.disway.id.

BACA JUGA:Mega Series Panggilan Episode 288: Voke Melahirkan vs Lian Selingkuh

Bahkan Ibu Indri istrinya juga bercerita, selama pengobatan beberapa minggu ini, beliau suka mengigau dan igauanya kebanyakan tentang pekerjaan.

Saya bilang pun pada beliau, untuk fokus pada kesembuhan, jangan pikirkan pekerjaan dulu. Kesehatan nomor utama.

“Sehat dulu ya pak, jangan pikirkan pekerjaan. Pekerjaan di kantor, masih banyak orang yang memikirkan. Bapak konsen untuk penyembuhan saja,” tegas saya.

Beliau hanya tersenyum. Dan bilang kalau dia merasa malu, bila tidak melaksanakan tugas dengan baik. Beliau merasa belum maksimal selama sakit ini. Itulah Pak Radi, kegigihannya luar biasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: