Gejala Leptospirosis yang Membuat 20 Petani Pangandaran Meninggal Dunia

Gejala Leptospirosis yang Membuat 20 Petani Pangandaran Meninggal Dunia

Mengenal gejala Leptospirosis yang membuat 20 petani Pangandaran meninggal dunia.-Ilustrasi UPK Kemenkes-

BACA JUGA: Kamar Hotel Tak Dipakai Maksiat! Pengelola Hotel Kota Tasikmalaya Komitmen Jaga Kondusifitas saat Tahun Baru

1. Menggunakan sarung tangan dan sepatu boots saat membersihkan rumah/selokan

2. Mencuci tangan dengan sabun setelah selesai beraktivitas.

3. Segera lakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat apabila mengalami gejala Leptospirosis seperti yang telah disebutkan di atas, agar bisa segera mendapatkan penanganan sedini mungkin dari para petugas kesehatan.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran Yadi Sukmayadi mengatakan, saat ini penderita Leptospirosis di Kabupaten Pangandaran mencapai 153 orang.

BACA JUGA: Tak Mau Gagal Tanam Akibat Sawah Kekeringan, Warga Desa Padawaras Swadaya Perbaiki Saluran Irigasi Jebol

”Per hari ini mencapai 20 orang meninggal (sepanjang 2022, red),” ungkapnya kepada Wartawan, Rabu 28 Desember 2022.

Menurut dia, wilayah penyebaran penyakit tersebar berada di Kecamatan Cijulang, Kecamatan Parigi dan Kecamatan Cimerak.

”Penyebab kematian diakibatkan dari kondisi kesehatan yang menurun ditambah terdapat virus leptospirosis,” jelasnya.

Dia menjelaskan bakteri leptospira disebarkan melalui urine atau darah hewan yang telah terinfeksi bakteri ini.

BACA JUGA: Menelisik Keberadaan Depo Lokomotif, Bangunan Tua di Stasiun Banjar bagian Sejarah Perkeretaapian Indonesia

Leptospirosis ancam nyawa petani atau dapat menyerang manusia melalui paparan air atau tanah yang telah terkontaminasi oleh urine hewan pembawa bakteri leptospira, seperti tikus. ”Tentu akan langsung memperparah kondisi kesehatan,” jelasnya.

Yadi Sukmayadi menerangkan seseorang yang terkena virus leptospirosis akan menderita seperti gejala flu yakni demam, sakit kepala, kemudian lemas.

”Apabila tidak ada penanganan yang serius, maka bisa menyebabkan kerusakan organ tubuh bagian dalam, bahkan sampai gagal ginjal,” ucapnya.

Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Pangandaran Aang Syaefurahmat menambahkan jika sudah mencapai tahap gagal ginjal, penderita harus melakukan cuci darah seumur hidupnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber: upk kemenkes

Berita Terkait