Hidup Fanatisme

Hidup Fanatisme

Tugu Singa Tangguh di Stadion Kanjuruhan Malang yang didatangi banyak orang untuk tabur bunga menyampaikan duka dan berdoa untuk para suporter yang meninggal dunia dalam tragedi.--

Mirza Mirwan

Gas airmata. Itulah yang digunakan polisi saat menangani kerusuhan di Estadio Nacional Lima Peru, 1964, yang menelan korban 328 jiwa. Itu pula yang diandalkan polisi Ghana saat terjadi kerusuhan di Accra Sports Stadium, 2001, yang merenggut nyawa 126 orang. Lagi-lagi gas air mata pula ysng menewaskan (versi Kompas tadi malam yang lengkap dengan nama korban) 131 orang. Dan masih bisa bertambah lagi. Yang terjadi di Peru, juga di Ghana, kerusuhan terjadi sebelum pertandingan usai. Dua-duanya karena kekecewaan suporter salah satu tim terhadap wasit. Di Lima, Peru, saat pertandingan Pra Olimpiade Tokyo antara Peru vs Argentina kedudukan 1-0 untuk Argentina. Di menit 84 Peru bisa menyamakan kedudukan, tetapi gol Peru dianulir wasit dari Uruguay, Angel Eduardo Pazos. Suporter Peru marah, turun ke pinggir lapangan. Polisi menembakkan gas air mata. Penonton kalang-kabut. Pintu stadion tertutup semua -- karena pertandingan memang belum berakhir. Kejadian di Ghana juga sama, semua pintu masih tertutup. Lain cerita dengan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan. Pertandingan sudah berakhir. Hanya gegara suporter lari ke lapangan, polisi lsngsung menembakkan gas airmata. Padahal, mustahil suporter Arema mau ngamuk ke pemain klub pujaannya, bahkan pemain klub lawan sekalipun. Dan hanya satu pintu yang dibuka. Padahal dalam regulasi FIFA semua pintu keluar harus sudah dibuka dua menit sebelum pertandingan berakhir.

EVMF

"Peristiwa besar selalu melahirkan pemikiran besar. Bukan mematikan harapan besar." Ironisnya seringkali "pemikiran besar" itu Tidak Selalu memberikan "harapan besar" ketika kepentingan-kepentingan lain melebihi "peristiwa besar" itu sendiri !! Kalau Harapan Besar itu baru "borojol" setelah didahului Peristiwa Besar, maka kita akan menyaksikan lebih banyak tragedi di waktu yang akan datang. Mestikah tragedi demi tragedi, baru melahirkan Pemikiran Besar untuk menjadikannya Harapan Besar !! Harapan Besar itu bukanlah emosional atau selebrasi sebatas tekad. Harapan Besar itu bukan anak-nya pemikiran besar, ataupun cucu-nya peristiwa besar !! Harapan Besar itu adalah cara berpikir atau proses yang ter-rencana untuk sesuatu yang lebih baik, terlepas ada atau tiadanya peristiwa yang mendahuluinya. "Hope is not an emotion; it’s a way of thinking or a cognitive process." — Brené Brown

Er Gham

Saya suka Messi. Mau menang mau kalah, mukanya tetap dingin. Senyum seperlunya. Mungkin dia tidak peduli. Dalam hati, dia berbisik, "Yang penting, saya berkeringat. Badan segar. Saya sudah terhibur dengan menyalurkan hobi ini. Nanti malam bisa tidur nyenyak karena badan segar. Persetan dengan kalah menang". 

Saifudin Rohmaqèŕqqqààt

Tragedi tanpa korban. Tidak ada yang ngamuk walau tim kesayangan kalah telak. Polisi pun santai santai saja mengamankan pertandingan. Bahkan sambil ngemut permen nano nano bercanda dengan teman polisi lainnya. Jaga pertandingan sangat santai. Dan itu nyata. Itu benar benar terjadi. Hari itu tanggal 21 pebruari 1988. Stadion gelora 10 Nopember tidak penuh seperti biasanya. Ada yg lucu kalau mau tahu. Apa itu? Karena sore itu cuaca panas. Banyak penonton lebih menikmati jajan daripada menikmati sepak bolanya. He he he... sekali lagi, itu nyata. Tapi seluruh insan sepak bola menyebutnya tragedi. Iya tragedi. Persebaya waktu itu sedang ampuh ampuhnya. Pemain top seperti putu yasa, mustaqim,syamsul arifin,subangkit. Sore itu jagad indonesia kaget. Suporter PSIS pun sampai menitikkan air mata. Ada tragedi tanpa korban jiwa. Tidak seperti di Kanjuruhan Malang. Apa tragedinya. Persebaya kalah 12-0 dari persipura. Tak satupun bonek ngamuk. Yang ada malah sebaliknya. Tersenyum sedikit. Aneh tapi nyata... Dan anehnya, yang bersedih malah kota yg jaraknya 450 km dari surabaya. Yaitu semarang. PSIS sebagai juara bertahan gagal ke 6 besar. Itulah tragedi tanpa korban jiwa. 

Jimmy Marta

Bagaimana mekanisme tender hak siar pertandingan liga indonesia dilakukan?. Sepemahaman saya mengenai tender2 ini, semua yg akan dijual beserta sarat2nya sudah lebih dahulu ditentukan. Misal ini yg dijual paket pertandingan sepakbola. Mestinya dari awal harus jelas pertandingan yg akan dijual. Tempat dan waktu pertandingannya. Bahkan ketentuan lain semisal jika ada perubahan jadwal sampai faktor force majeur disiapkan. Sebelum kontrak ditandatangani. Artinya, tender itu lazimnya negosiasi hanya diharga. Kalau ternyata jadwal sampai ikut dinego, sy gk ngerti tender ala PT LIB ini. Apakah sebelum yg akan dijual di nego dulu?. Mmh..kalau ini berarti barang yg akan dijual tidak diminati. Sampai2 calon pembeli bisa menetapkan sarat ketentuannya...

ra jelas

Stasiun televisi pun ternyata dengan sangat terang benderang menyatakan keberpihakan prime time nya yang menghabiskan banyak tisu untuk "Emak Emak" . Jadi bukan hanya dijalan saja berkuasa. Sebuah solusi kebaikan mungkin dapat dicetuskan oleh Emak Emak tersebut 

Jimmy Marta

Masih beruntung kalau berubah setelah ada kejadian. Ada harapan. Namun ada yg gk mau berubah, gk memberi harapan walau sudah ada dua peristiwa besar nan heboh.

Macca Madinah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: