Misi Brand Indonesia di Unbound Gravel

Misi Brand Indonesia di Unbound Gravel

Edo Bawono masih virgin di gravel. Tapi dia pernah jadi orang Indonesia pertama yang lolos hingga kejuaraan dunia amatir UCI. Waktu itu juga naik sepeda Wdnsdy. Strateginya, Edo dan John akan bekerja sama sepanjang rute.

Saya? Tahun lalu saya kehabisan suplai menjelang km 200, lalu sudah tidak bisa lanjut lagi di emergency water station, km 202. Murni kesalahan saya sendiri, meremehkan kebutuhan suplai. Di Unbound Gravel, memang tidak boleh ada support di jalan. Kita harus prepare dan bawa sendiri semuanya.

Tahun ini saya hanya ingin finis. Sejak kami mendapatkan konfirmasi pendaftaran Januari 2022 lalu, saya langsung melakukan persiapan tambahan. Termasuk menemui dokter internis, membereskan problem pencernaan yang kerap menghantui saat ikut event jarak jauh. Insya Allah, tahun ini saya lebih strong dari tahun lalu.

Johnny Ray bakal seru. Tahun lalu dia orang Indonesia pertama yang tuntas 100 mil (160 km). Tahun ini mau tak mau dia harus terjun ke arena 200 mil. Dia sudah siap mental segalanya. Termasuk membeli lampu mumpuni kalau harus gowes hingga tengah malam. Perjalanan Ray bakal epic!

Di kelompok kedua, semua akan ikut 100 mil. Bagus, Ocha, Dietmar, dan Ivo akan terjun di kelas tersebut. Tiga pertama memakai Wdnsdy Journey Titanium yang tangguh, Ivo memakai karbon yang prototipe baru. Oh ya, Ivo akan jadi perempuan Indonesia pertama di ajang ini. Enam bulan terakhir dia latihan luar biasa, khususnya untuk endurance. Semoga bisa finis aman.

Setelah event tahun lalu, saya berkesimpulan bahwa Unbound Gravel adalah Paris-Dakkar-nya balap sepeda. Harus siap dengan medan berat (95 persen jalan bebatuan), tidak ada support di jalan. Jangankan mini market atau warung, pohon saja jarang-jarang di kawasan Flint Hills di Kansas.

Di kelas 200 mil, hanya ada dua kawasan di mana kami boleh mendapatkan support. Jadi, kami merekrut dua orang mekanik dan guide sepeda profesional dari Colorado, kami terbangkan ke Kansas. Salah satunya sahabat lama, pernah mendampingi kami saat gowes di Spanyol dan Colorado.

Tugas mereka tidak mudah. Harus menjadi juru strategi, mekanik, sekaligus standby kalau ada emergency. Asal tahu saja, untuk event yang diikuti 4.000 orang ini, mekanik profesional adalah komoditas esensial. Khususnya yang pengalaman kompetisi di Amerika. Kalau tidak punya pengalaman, akan kesulitan menemukan support crew yang mumpuni. Dan tidak murah.

Saat "pit stop," kami bisa fokus makan dan beres-beres kebutuhan pribadi. Mekaniknya yang sibuk membersihkan dan menservis sepeda. Hanya boleh dilakukan di kawasan yang ditentukan. Ketika kembali di lintasan, kalau ada masalah mekanikal, harus bisa menuntaskan sendiri tanpa bantuan.

Oh ya, kami juga ditemani dua media crew dari Mainsepeda.com. Ini pun tidak mudah. Karena mobil biasa tidak boleh masuk lintasan. Bahkan sebenarnya tidak bisa karena medan yang begitu berat. Panitia akan menyediakan mobil Jeep 4x4 untuk kru media yang terdaftar. Segitu menantangnya!

Tahun lalu, cerita kami mendapatkan perhatian lumayan di channel Mainsepeda di YouTube. Bahkan bisa lebih heboh dari tayangan partner resmi event tersebut.

Tahun ini, kami tentu ingin kembali membawa cerita yang mungkin bisa bermanfaat untuk teman-teman penghobi sepeda lain di Indonesia. Menunjukkan bahwa ini adalah olahraga yang begitu spektakuler. Bukan sekadar olahraga untuk gengsi, untuk foto-foto. Seperti yang saya dan Ray sering ucapkan di podcast: Anda memilih olahraga sepeda... Dekat dengan kesengsaraan!

Dan sekali lagi, tahun ini kami pergi ke Kansas membawa misi brand Indonesia. Kami semua akan menggunakan sepeda merek Indonesia, mengenakan apparel buatan Indonesia, dan mengandalkan nutrisi merek Indonesia! (azrul ananda)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: disway.id