Haji Mabrur, Seperti Apa?
RADARTASIK.COM – Istilah haji mabrur bisa ditemukan di antaranya pada hadits riwayat Bukhari Muslim dari Abu Hurairah RA:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ جِهَادٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ حَجٌّ مَبْرُورٌ
Dari Abu Hurairah RA berkata, ditanyakan kepada Nabi SAW, ”Amal apakah yang paling utama?”
Beliau menjawab, ”Iman kepada Allah dan rasul-Nya.”
Kemudian ditanya lagi, ”Kemudian apa?”
Beliau menjawab, ”Jihad fi sabilillah.”
Kemudian ditanya lagi, ”Kemudian apa lagi?”
BACA JUGA: Selesai Wukuf, Selesaikah Seluruh Rangkaian Manasik Haji?
Beliau menjawab, ”Haji mabrur”.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Bukhari disebutkan,
الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
”Haji mabrur itu tak ada balasan lain kecuali surga.”
Dalam Alquran maupun hadits tidak ada rumusan secara khusus mengenai karakteristik haji mabrur.
Namun jika meninjau ayat dan hadits tentang ibadah haji, dapat kita pahami bahwa sebenarnya haji yang mabrur dan sukses itu ketika sejak awal menjalani manasik haji dilakukan secara ikhlas tanpa mengeluarkan kata-kata busuk dan keji, tidak melakukan perbuatan yang merusak agama (fusuq) dan tidak pula bertengkar.