Aktor Fedi Nuril Ungkap Alasan Sering Berperan dalam Film tentang Poligami

RADARTASIK.COM - Fedi Nuril dikenal publik sebagai aktor yang kerap memerankan karakter pria berpoligami, terutama melalui film-film sukses seperti Ayat-Ayat Cinta dan Surga yang Tak Dirindukan.

Popularitasnya dalam genre tersebut bahkan membuatnya mendapat julukan "Duta Poligami" dari warganet.

Namun, apa sebenarnya alasan Fedi Nuril sering mengambil peran film tentang Poligami? Dalam sebuah podcast pada Selasa (3/12/2024), ia membagikan pandangan dan prinsipnya dalam memilih peran di dunia perfilman.

Prioritas pada Cerita, Bukan Karakter

BACA JUGA:Kemenag Siapkan Anggaran Pendidikan 2025 Rp 24 Triliun: Dosen, Guru, Siswa, Pesantren Kebagian?

Fedi Nuril menegaskan bahwa cerita adalah faktor utama dalam keputusannya menerima sebuah proyek film, bukan karakter yang ia perankan.

 

Ia juga menambahkan bahwa meskipun karakter yang ditawarkan mirip dengan peran sebelumnya, selama cerita berbeda dan menarik, ia tidak keberatan mengambil tawaran tersebut, menunjukkan bahwa Fedi lebih mementingkan kualitas narasi daripada mencari variasi karakter semata.

Kesuksesan besar film-film bertema poligami yang dibintangi Fedi membuatnya mendapatkan banyak tawaran serupa.

Namun, tidak serta-merta menerima tawaran tersebut, Fedi mengaku cukup selektif dalam memilih peran dan sering menolak proyek yang dianggap kurang sesuai dengan preferensinya.

BACA JUGA:Beppe Marotta: Klub Besar Selalu Memiliki DNA untuk Memenangkan Liga Champions

Ia memastikan bahwa setiap penolakan dilakukan dengan alasan yang jelas. Ia selalu memberikan masukan detail kepada tim produksi terkait ketidaksukaannya terhadap naskah yang ditawarkan.

Meski mendapat sorotan besar berkat peran-perannya, Fedi mengaku sempat merasa kewalahan.

Ia bahkan memilih untuk berhenti sementara dari dunia akting guna menghindari perhatian publik yang terlalu intens.

Selain itu Fedi Nuril juga menjelaskan bahwa film-film bertema poligami yang ia bintangi lebih menyoroti beratnya tanggung jawab dan tantangan menjaga keadilan dalam rumah tangga, bukan sekadar memamerkan sisi glamornya.

Sumber: