Cerita Kampung Tua di Kampung Dumaring Kaltim, Kepala Adat: Rindu Rumah Putih

Cerita Kampung Tua di Kampung Dumaring Kaltim, Kepala Adat: Rindu Rumah Putih

Kepala Adat Kampung Dumaring Muhammad Asri (tengah) didampingi keponakan Abdul Muin (peci hitam) dalam sesi wawancara, Maret 2024.-radartasik.com-sandy abdul wahab

BERAU, KALTIM RADARTASIK.COM – Kampung Dalam atau dikenal Tepian Limau, merupakan perkampungan yang saat ini dikenal Kampung Dumaring, Kecamatan Talisayan, Kabupaten Berau. Terdapat multi suku dan etnis  dengan jumlah penduduk tercatat 2.812 jiwa (versi Pemerintahan Kampung Dumaring 2023). Berikut ini cerita Kampung Tua di Kampung Dumaring KALTIM.

Tepian Limau mulanya hanya dihuni lima keluarga. Mereka dari suku dayak Baluy dan dayak Asi’i. Kelima keluarga masing-masing adalah keluarga Nini Luat, Nini Bari, Nini Latung, Nini Muhammad Amin, dan Nini Bungul atau Budiman. Masih satu keturunan keluarga.

Semula, kelima keluarga ini bermukim di Kampung Tua yang klaim sebagai tanah adat mereka. Di kampung ini terdapat Libahu Muntui atau rumah putih, sebagai rumah adat. 

“Rumah putih itu memang warnanya putih. Semua dicat putih. Itu menjadi rumah adat kami dulu, sebelum pindah ke Tepian Limau ini,” kenang Muhammad Asri, kepala adat Kampung Dumaring mengawali cerita Kampung Tua di Kampung Dumaring.

BACA JUGA:Kepincut Kinerja LPHD Dumaring, KPHP Mook Manor Bulatn Ajak 8 LPHD untuk Berguru

Muhammad Asri didampingi keponakannya Abdul Muin saat diwawancara radartasik (Disway Group) pada Maret 2024 lalu. Sesekali Abdul Muin menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, istilah yang disampaikan Muhammad Asri. 

Dalam beberapa percakapan, Muhammad Asri kerap menggunakan istilah dalam bahasa daerah baik dayak Baluy dan dayak Asi'i. 


Keluarga besar Pati Raja, yang merupakan masyarakat adat Kampung Dumaring saat mengulas cerita Kampung Tua di Kampung Dumaring.-radartasik.com-sandy abdul wahab

Dengan logat yang mendayu, lelaki yang berusia lebih dari 73 tahun itu mengurai cerita Kampung Tua. Baginya, Kampung Tua sebagai tempat yang memiliki nilai sejarah. 

“Asal muasal kami ini bermukim di sana (Kampung Tua, Red). Ada rumah yang dibangunkan pemerintah saat itu. Ya Libahu Muntui itu (rumah putih, Red). Di sana layaknya sebuah perkampung seperti Kampung Dalam ini,” ulas Asri sambil menjulurkan kedua tangan memetakan posisi rumah-rumah warga yang saling berhadapan.

BACA JUGA:Lodge Taman Sungai Dumaring Berau Bersolek, Wisatawan Bisa Lebih Nyaman Menginap dan Menikmati Suasana Alam 

Menurut Asri, rumah-rumah warga berseberangan. Bahu kiri dan kanan jalan terdapat rumah-rumah dirimbuni pepohonan beragam jenis buah-buahan. Di ujung perkampungan terdapat rumah putih.

“Ini cerita ‘dak mau dikasih lebih, n’dak juga dikasih kurang! Begitulah cerita bapak dan paman-paman kami dulu,” kenangnya. 

Asri mengisahkan, Kampung Tua layaknya sebuah perkampungan yang dipadati penduduk. Meski dia mengaku tidak mengetahui jumlah penduduk secara pasti. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: