Pertamina Siap Produksi Baterai Kendaraan Listrik, 4 Investor Asing Dukung Pengembangan EV
BMW bakal gunakan teknologi sel baterai silinder untuk generasi baru mobil listriknya yang direncanakan akan dimulai pada 2025.-press.bmwgroup.com-
DAVOS, RADARTASIK.COM – PT Pertamina siap produksi baterai kendaraan listrik (EV/electric vehicle) di masa mendatang.
Kesiapan Pertamina produksi baterai kendaraan listrik disampaikan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati di Paviliun Indonesia pada World Economic Forum di Davos.
”Kami yakin dengan cadangan nikel di Indonesia, kami bisa memproduksi baterai dan meningkatkan penetrasi EV,” ujar dia dalam siaran pers Pertamina, Minggu 22 Januari 2023.
Dia menyatakan Pertamina memiliki infrastruktur yang bisa dioptimalkan untuk penetrasi EV serta memiliki data segmentasi karakteristik, mobilitas dan kemampuan membeli.
Perempuan yang menjabat sebagai Ketua B20-TF ESC selama G20 tahun 2022 ini menambahkan Pertamina juga memiliki lebih dari 7.400 SPBU, 6.100 Pertashop dan 63.000 outlet LPG.
Dia menegaskan Pertamina pun siap berkolaborasi dengan pihak lain dari berbagai negara untuk mengembangkan baterai EV dan mengoptimalkan infrastruktur yang dimiliki.
Komitmen ini sejalan dengan rekomendasi yang diajukan Gugus Tugas Energi, Keberlanjutan dan Iklim B20 (Business 20-Task Force Energy, Sustainability, and Climate/B20-TF ESC).
Salah satu mengajukan rekomendasi kebijakan untuk mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik. ”Kami mengusulkan beberapa rekomendasi kebijakan dan aksi kebijakan, terutama bagaimana mempercepat penetrasi EV di setiap negara,” ujar dia.
Dalam acara yang bertema ”Indonesia Economic Development Through Downstream Industries and Inclusive Partnership”, Nicke mengungkap rekomendasi kebijakan tersebut antara lain percepatan penggunaan energi berkelanjutan, memastikan transisi yang adil dan terjangkau, serta meningkatkan ketahanan energi.
Untuk mempercepat penggunaan energi berkelanjutan, kata Widyawati, Pertamina menargetkan efisiensi energi, dengan elektrifikasi menjadi faktor penentu keberhasilan.
”Ada target efisiensi energi sisi permintaan, bagaimana mengelola efisiensi energi dari sisi permintaan, dan kami percaya elektrifikasi menjadi faktor kunci keberhasilan,” katanya.
Nicke juga menyoroti perlunya pembiayaan, terutama dari negara maju, mengingat transisi energi ke energi terbarukan membutuhkan investasi modal yang sangat besar. Sehingga diperlukan dukungan investasi dari negara maju.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: