Tunggu Ahli

Tunggu Ahli

--

Mirza Mirwan

Niatnya mau istirahat nggak komentar barang seminggu. Eh, pulang Dhuhuran iseng lihat kolom komentar masih ada yang terkait Tuhan Uang kemarin. Yang disebut "hospital base" Pak Mentri kemarin itu benar, memang. Pendidikan spesialis memang di rumah sakit, bukan di ruang kuliah. Tetapi yang mengeluarkan ijasah (sertifikat) kelulusan ya bukan RS-nya. Dalam kasus di Indonesia, ya fakultas kedokteran di mana calon dokter spesialis mendaftar. Di AS, hampir semua universitas yang punya fakultas kedokteran -- biasanya disebut "medical school" atau "school of medicine" -- mempunyai rumah sakit pendidikan. Tetapi jangan salah, meski RS Pendidikan, fasilitasnya tak kalah dengan RSUP Dr. Cipto atau RSPAD Gatot Subroto. Pembaca masih ingat cerita ttg. David Bennett Sr yang menjalani transplantasi jantung babi Januari 10 bulan yang lalu? Nah, itu terjadi di RS Pendidikan milik Fakultas Kedokteran Universitas Maryland. Nama resminya University of Maryland Medical Center. Prof. Bartley Griffith dan Prof. Mohammad Mohiudin yang menanganinya adalah guru besar di universitas tersebut, sekaligus praktisi bedah di Medical Center-nya. Tapi, anehnya, sertifikat spesialis bagi dokter di AS bukan fakultas kedokteran yang mengeluarkannya. Yang mengeluarkan adalah ABMS (American Boards of Medical Specialties) yang menjadi induk dari puluhan dewan spesialisasi kedokteran. Dari 52.000-an dokter spesialis di Indonesia mungkin ada yang lulusan AS. Ia lebih tahu soal itu.

D-D win

Dengan adanya film bahasa Jawa, orang non Jawa akan mengenal B. Jawa. Bagi orang Jawa yang nonton film Jawa(khususnya anak-anak) maka dampaknya akan membuat penonton nya sering menirukan kata kata misuh. Kata kata misuh seperti dancuk semakin populer. Seperti kata Jangkrik yang dipopulerkan beberapa pelawak itu juga. Anak-anak menganggap hal itu biasa karena mereka dengar dan muncul di film/tv/medsos. Sebenarnya dlm film/dagelan kata2 dancuk dan jangkrik itu menambah kelucuan, tetapi kalau ditirukan oleh anak-anak di lingkungan sekolah/masyarakat maka itu kesannya bukan lucu lg, dan tidak sopan. Ada baiknya tata bahasa nya dipilih yg lebih sopan

*) Dari komentar pembaca http://disway.id

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: