Kelompok Kerja Guru di Tasik Luncurkan Buku Miracle of Children Bocah-bocah Ajaib Elang Subandar

Kelompok Kerja Guru di Tasik Luncurkan Buku Miracle of Children Bocah-bocah Ajaib Elang Subandar

Peluncurkan buku yang ditulis para guru KKG Mayor Elang Subandar, Kamis 24 November 2022. - Rezza Rizaldi-radartasik.disway.id

TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM - Memperingati Hari Guru Nasional Nasional ke-77 di Kota Tasikmalaya tak hanya dilakukan dengan jalan santai bersama, atau kegiatan lainnya di lingkungan sekolah. 

Kelompok Kerja Guru (KKG) Sekolah Dasar (SD) Mayor Elang Subandar punya cara lain. Mereka meluncurkan buku berjudul Miracle of Children Bocah-bocah Ajaib Elang Subandar.

Peluncuran buku yang ditulis para guru ini dilangsungkan pada Kamis 24 November 2022 di SDN 1 Nagarasari. 

Dengan sederhana para guru yang tergabung dalam KKG SD Mayor Elang Subandar meluncurkan buku setelah 145 halaman itu.

BACA JUGA:Tembok Penahan Tebing SDN Tirtayasa Tamansari, Ambrol Timpa Ruang Kelas

"Buku ini adalah salah satu program KKG tahun ini. Juga kita berusaha mengajak guru untuk berkarya dalam bentuk tulisan," ujar Ketua KKG Mayor Elang Subandar, Inda Dzil Mustaqim.

"Dalam momen Hari Guru Nasional ini kami luncurkan buku tersebut dan berharap bahwa karya para guru Kota Tasikmalaya bisa tersebar ke seluruh Indonesia, bahkan menembus dunia pendidikan internasional," sambungnya.

Buku tersebut, terang dia, ditulis 32 guru yang terdiri dari guru dan kepala sekolah. Buku tersebut berisi keajaiban-keajaiban pendidik yang ditemukan dalam diri siswa yang kadang terlupakan oleh hal administrasi sekolah.

"Di buku ini guru membuktikan keajaiban para siswa itu ada. Harapan kita, buku ini bisa jadi pemantik bagi guru hebat lainnya dan KKG lainnya untuk mau berkarya. Meskipun nanti beda karyanya," terangnya.

BACA JUGA:Polres Tasikmalaya Kirimkan Tim Trauma Healing, Alat Kesehatan dan Sembako untuk Korban Gempa Cianjur

Editor Buku tersebut, Vudu Abdul Rahman menuturkan, dirinya bersedia menjadi editor buku ini karena selain karena teman sejawat yang juga karena kerap bergerak di dunia literasi.

"Tetapi lebih ke konteks keseharian mereka bersama para murid yang terbangun bertahun-tahun dan tak mungkin mengetahui karakter, prilaku, kecerdasan dan perilaku anak-anak," tuturnya.

Tapi terkadang pendidikan di Indonesia, tambah dia, tak menampung demikian. Misal ada anak yang tidur di kelas karena terjebak administrasi, tekanan tugas dan lain sebagainya, itu terabaikan.

"Kerap kali sisi kemanusiaan kita tergerus. Otomatis saya memantik para guru untuk menggunakan kepekaannya. Kenapa murid itu tidur di kelas? Mungkin bekerja dengan ayahnya dan lain sebagainya," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: