PPP Minta Maaf Terkait Pernyataan Suharso Monoarfa yang Singgung Kiai di Ponpes Sering Minta 'Amplop'
Pernyataan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa tentang sering kiai pondok pesantren meminta 'amplo' dinilai melukai perasaan kalangan pondok pesantren. Atas hal itu PPP pun menyampaikan permohonan maaf. Foto: jpnn --
BACA JUGA:Respon Ridwan Kamil Saat Tahu Penembak Sejumlah Kucing di Sesko TNI seorang Jenderal, Begini Katanya
"Maka sampailah dalam, setelah keliling itu ketemu, lalu dibilang pada saya, 'Gini Pak Plt, kalau datang ke beliau-beliau itu, mesti ada tanda mata yang ditinggalkan'. Wah saya nggak bawa. Tanda matanya apa? Sarung, peci, Qur'an atau apa? 'Kayak nggak ngerti aja Pak Harso ini'. Gitu. Then I have to provide that one. Everywhere," kata Suharso.
Suharso menyebut fenomena ini masih terjadi hingga saat ini. Menurutnya. jika sehabis pertemuan tidak ada amplop, itu terasa hambar. Suharso mengaku tengah membenahi hal ini.
"Dan setiap ketemu, Pak, ndak bisa, Pak, bahkan sampai hari ini. Kalau kami ketemu di sana, itu kalau salamannya itu nggak ada amplopnya, Pak, itu pulangnya itu sesuatu yang hambar. This is the real problem that we are fixing today," ujar dia.
BACA JUGA:Bikin Heboh di Sukalaya Kota Tasik, ‘Karlis Fashion Week’ Jadi Magnet Perayaan HUT Kemerdekaan
Arsul Sani mengatakan, apa yang disampaikan Suharso Monoarfa tersebut tidak bermaksud menyindir para kiai pondok pesantren.
"Ini menjadi pembelajaran bagi kami semuanya untuk lebih berhati-hati dalam berkomunikasi di ruang publik. Tidak boleh lagi 'terpeleset' atau 'slip of tounge' menyampaikan sesuatu yang berpotensi menimbulkan kontroversi, resistensi atau kesalahpahaman di ruang publik," kata Arsul.
Sementara itu pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji, Gus Miftah mempertanyakan apa yang diungkapkan Suharso tersebut.
BACA JUGA:Begini Pernyataan KPU Soal Aliran Dana Lembaga Survei dan Parpol Pada Pemilu 2024!
“Maksud anda apa ya pak ketua umum partai yang terhormat @suharsomonoarfa? Statemen anda sangat menghina marwah kiai dan pondok pesantren,” tegasnya.
Gus Miftah mengungkapkan dalam khazanah pesantren ada istilah tabarukan, yaitu ngalap berkah yang dilakukan oleh seorang santri atau jamaah kepada kiai, dengan salah satu caranya adalah silaturahmi atau sowan kepada kyai.
“Dalam silaturrohmi itu biasanya santri atau jamaah minta doa, minta nasehat atas problem dan hajatnya. Tidak ada permintaan kyai kepada para santri dan jamaah kalau sowan harus kasih amplop atau apapun,” bebernya.
BACA JUGA:Perbedaan dan Persamaan Uang Kertas 2022 dengan Emisi 2016
Sahabat Deddy Corbuzier itu pun menegaskan kalau ada yang memberi amplop justru inisiatif dari santri atau jamaah yang sifatnya sukarela sebagai rasa mahabbah seorang santri kepada kiai
“Sudah menjadi kelaziman para tokoh politik memanfaatkan kiai untuk kepentingan politiknya, kiai selama ini hanya terkesan dimanfaatkan. Kalau butuh mereka sowan kiai, selesai butuh nya kembali meninggalkan kai,” kritiknya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: jpnn.com