Guru Bangsa
Hampir semua masalah yang ada di Indonesia akarnya adalah ketimpangan antara si kaya dan si miskin. Mayoritas kekayaan Indonesia hanya dikuasai segelintir orang dan tidak merata. Itu menjadi PR Anda ke depan dalam mengisi pembangunan di Indonesia. Ingat baik-baik sila ke-5 Pancasila.” Begitu pesan Buya kepada saya.
Saya juga ingat di usia beliau yang saat itu 81 tahun, beliau masih menyetir sendiri mobil beliau. Ketika saya bertanya, ”Mengapa tidak memakai sopir saja?” Beliau menjawab, ”Tidak perlu.” Rupanya, beliau masih mampu mengendarai mobil sendiri. Beliau tidak ingin merepotkan orang lain.
Setelah itu, hubungan kami makin dekat sebagai murid dan guru. Berkali-kali Buya membantu kami. Terutama dalam penanganan pandemi Covid-19. Beliau memberikan support dan doa kepada kami, para dokter. Termasuk di acara doa bersama untuk memperingati gugurnya 100 dokter pada September 2020 (per Maret 2022 ada 751 dokter yang meninggal, data dari tim mitigasi PB IDI).
Beliau sempat menyampaikan pesan terbuka untuk presiden yang bunyinya, ”Yang Mulia Presiden Republik Indonesia, sebagai salah seorang yang tertua di negeri ini, batin saya menjerit dan goncang membaca berita kematian para dokter yang sudah berada di atas angka 100 dan tenaga medis lain yang juga wafat dalam jumlah besar pula. Mohon perhatian dari bapak Presiden agar memerintahkan Menteri Kesehatan dan jajarannya untuk berupaya semaksimal mungkin menolong nyawa para dokter ini. Jika begini terus, bangsa Indonesia bisa oleng karena kematian para dokter setiap harinya dalam tugas kemanusaiaan di garis terdepan. Kelalaian adalah pengkhianatan terhadap kemanusiaan.”
Beliau juga turut hadir dan mendorong warga Yogyakarta bergotong royong untuk menangani pandemi Covid-19. Beliau mendukung penuh maklumat rakyat Yogyakarta yang dicanangkan Sri Sultan Hamengkubuwono X mengenai ”Jogja Satu, Bangkit Bersama” dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Terakhir, saya akan selalu mengingat pesan dari Buya Syafii Maarif ini. ”Saya senang Bung Jagaddhito berperan aktif dalam melawan Covid-19 yang penuh risiko. Hati-hati. Maarif.”
Buya tahu bahwa anak muda sering menggebu-gebu dan berapi-api sehingga kita diingatkan untuk hati-hati dalam melangkah ke depan.
Indonesia saat ini berduka karena kehilangan sosok guru bangsa, sosok yang sederhana dan santun. Sosok yang berwawasan luas dan menjadi panutan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak banyak tokoh seperti beliau yang perkataan, perbuatan, dan kesehariaannya senada. Semoga beliau husnulkhatimah dan amalan beliau menjadi amal jariah seterusnya. Amiinn amiinn yaa rabbal’alamin. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: disway.id