WahyudiKando
Dato' DI saya sebagai Gen Early Millenial berterima kasih tulisan pagi ini, perbanyaklah tulisan tulisan hope & imun boosters hebat dan pekerja keras dan gigihnya anak anak bangsa ini....Lupakan lahh 3 Duren, 3 priode itu....sudah banyak kanal membahas dan mengupas...saya sebagai follower tulisan dan buku2 Dato' DI, Perbanyaklahh tulisan2 begini....ygsdh terjadi itu masa lalu sm seperti spion dalam berkendara lihat sekali sekali aja, masa depan kaca depan mata &panca indra harus focus ke kaca depan....
Komentator Spesialis
Nggak usah kuatir. Pak Pry nggak bakal muncul. Karena pasti nggak paham apa itu kultur jaringan. Pengen botak apa dia, wkwkwk...
Komentator Spesialis
Nggak usah kuatir. Pak Pry nggak bakal muncul. Karena pasti nggak paham apa itu kultur jaringan. Pengen botak apa dia, wkwkwk...
AlonMasz Eh
Tes kemampuan dasar : Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris (yang pinter borong nilai tinggi) Tes kemampuan akademik : Biologi, fisika, kimia (susah dan tipe Rani yang menguasai) Strategi yg umum : habisi matematika, bhsindonesia, bhsinggris, ga perlu kerjain banyak2 biologi, fisika, kimia. Lulus tes pasti, kuliah pertanian seadanya, lulus jadi bankir Strategi Rani : ahli di biologi, kemungkinan ancur2an di matematika, lulus tes susah. Tapi begitu lulus, krn kuat dasar biologinya... Sukses kuliah, Sukses jd peneliti. Jadi sebenarnya kita mempersulit bakat-bakat hebat untuk lulus tes sesuai keahlian...
RihlatulUlfa
Kamu tahu salah satu paling berbahaya menjadi manusia itu seperti apa? Manusia yg masih punya rasa takut, bahkan takut yg tidak beralaskan. Menjadi kuat karena sama-sama di emban. Walaupun itu kesalahan yg fatal. Maka orang-orang di negeri kita harus menghilangkan sedikit demi sedikit rasa 'tidak enakkan' awalnya tidak enakkan terhadap kolega dan berakhir keluarga yg menjadi korbannya.
Johannes Kitono
Bravo Rani, mahasiswi yang ulet biarpun beberapa kali gagal di ujian masuk. Dan kualitas mahasiswi begini lebih bermanfaat daripada yang IP nya tinggi tinggi tapi tidak konsisten. Dulu TIR udang di Lampung memerlukan 300 tenaga S1 atau D3 untuk membina puluhan ribu Petambak Plasma. Banyak calon khususnya dari alumni Univ Entah Beratah melamar dengan IP yang tinggi. Setelah diterima dan uji coba 1 crop di tambak sekitar 4 bulan. Banyak yang gagal dan mengundurkan diri. Yang lolos adalah yang sudah teruji. Bisa membina Petambak dengan kinerja tinggi. Setelah pensiunpun masih tetap produktif menjadi konsultan tambak mandiri. Kultur jaringan Porang punya masa depan di Indonesia yang populasinya tinggi ( 270 juta ). Pemerintah perlu promosi makanan olahan porang seperti Konyaku. Pangan rakyat jangan hanya tergantung beras dan gandum saja. Khusus untuk kultur jaringan bawang putih yang Agroklimatnya 600 - 1200 DPL memang perlu lebih keras lagi. Biarpun tetap bisa tumbuh didataran rendah tapi hasil panennya pasti beda. Kecuali bisa silangkan DNA nya dengan Wasabi/ horse radish. Apakah itu masuk kategori GMO, Anda pasti lebih tahu.
yea aina
Ada dua Pranowo yang konsen kepada generasi milenial seperti Rani. Pak Pranowo S, dosen yang mengembangkan bakat Rani, peneliti kultur jaringan, anda sudah tahu. Selanjutnya ada G Pranowo, yang sedang dikatrol habis-habisan, agar menarik bagi pemilih milenial di pilpres 2024. Di masa depan, generasi milenial adalah penentu. Bagi kecukupan pangan dunia, butuh Rani-Rani lainnya agar riset pengembangan pertanian makin maju. Bukan generasi milenial yang "dipukau" pencitraan politikus, demi hasrat jabatan yang lebih tinggi. Semoga
Komentator Spesialis
Saya yakin 100% bahwa tulisan hari ini membuat mabuk para komentator Disway. Apalagi buat mereka yang sudah sepuh seperti Pak Mirza, Mas Pry, mbah mars dll. Pun tak ketinggalan saya. Mungkin membaca 99 kali belum jaminan memahami isinya. Yang saya tahu : KULTUR itu budaya. JARINGAN anda lebih tahu maksudnya. Jadi Kultur Jaringan bisa dimaknai budaya jaringan. Jaringan para buzzer dan relawan menjelang pilpres khususnya. Karena untuk pileg lebih ditentukan oleh kemampuan logistik tiap caleg. Termasuk bantuan sultan sultan kecil di wilayah pemilihan mereka. Soal pencitraan tidak terlalu penting. Kembali ke pembicaraan tadi, teknik Kultur Jaringan sangat penting. Karena memang jaringan relawan dan buzzer ini sudah membudaya menjelang gelaran pilpres. Karena itu, pemakaian istilah KULTUR JARINGAN tidak berlebihan menurut saya. Ada jaringan relawan yang sangat ngotot 3 periode. Buat mereka yang ingin melanggengkan jabatan seperti komisaris dan menikmati derasnya aliran duit oligarki. Padahal anda lebih tahu, ini termasuk upaya makar kudeta konstitusi. Ada juga jaringan relawan yang deklarasi sana sini, pasang baliho sana sini. Walaupun perserta minim, itupun peserta bayaran. Yang penting minta media meliput, dipotret seolah orangnya buanyak. Dan masih untung baliho mereka tidak diturunkan jendral spesialis penurun baliho. Dan paling gelak, ada jaringan relawan capres abadi. Yang anda pasti tahu tujuannya ikut ajang gelaran ini untuk memecahkan rekor nasional capres abadi.