Seabad Lebih Menjaga Rasa Tahu Bungkeng

Seabad Lebih Menjaga Rasa Tahu Bungkeng

BACA JUGA:Gerak Cepat, Usut Dugaan Korupsi Minyak Goreng, Kejagung Geledah 10 Tempat di 3 Provinsi

BACA JUGA:Ternyata Pembunuh Sadis yang Tebas Leher Taen Hingga Putus Keponakan Korban, Motifnya Soal HP

Mempertahankan cara-cara lama memang tidak mudah, namun Tahu Bungkeng 1917 berhasil membuktikan diri. 

Sebagai keluarga pelopor penjual Tahu Sumedang, Suryadi menyampaikan bahwa dirinya tidak pernah merasa pusing atau jengkel dengan maraknya penjual Tahu Sumedang. ”Rezeki nggak ketuker,” ujarnya.

Malahan dia turut bangga karena dari leluhurnya banyak masyarakat di Sumedang belajar mengolah kedelai menjadi tahu.

Yang khas dan beda dengan tahu di pasar-pasar tradisional maupun pasar modern.

Dari sana juga, mereka kemudian bisa memiliki bisnis masing-masing. Sampai-sampai tahu yang mereka buat menjadi identik dengan Sumedang.

Hingga secara tidak langsung sebuah konsensus lahir. Tahu Sumedang. Tahu dari Sumedang. Makanan khas Sumedang.

”Uyut saya kan punya karyawan, karyawan itu keluar. Bikin perusahaan sendiri. Lama-lama tambah banyak yang jualan di Sumedang, maka lebih terkenal Tahu Sumedang,” jelasnya.

Meski tidak diketahui pasti siapa yang pertama kali membuat tahu dan menjualnya di Sumedang, keluarga pengelola Tahu Bungkeng 1917 adalah salah satu perintis. Dan, mereka masih eksis.

BACA JUGA:Tiga Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya Dilanda Bencana, Efek Hujan Deras Disertai Angin Kencang

Mempertahankan cara-cara berjualan yang sederhana. Tahu Bungkeng 1917 kini dijual dengan harga satuan seribu rupiah.

Sebelum harga minyak goreng meroket, harga satuan Tahu Bungkeng 1917 hanya Rp 700. Sedangkan saat pertama kali dijual, harga satuannya hanya Rp 10.

Ada dua versi. Matang atau sudah digoreng dan versi lain yang masih basah atau belum digoreng.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: