Komponen Keselamatan di Terowongan Kembar Terpanjang di Indonesia, Rute Darurat Keluar Twin Tunnel
Kenali komponen keselamatan di terowongan kembar terpanjang di Indonesia. Ada rute darurat keluar Twin Tunnel Tol Cisumdawu.-BPJT-
Selain itu terdapat lampu darurat yang terbagi menjadi 3, yakni lampu darurat I digunakan ketika sumber listrik utama berhenti. Penerangan darurat tersedia melalui daya generator darurat. Waktu switching-nya tidak lebih dari 3 detik. Durasi lampu nyala lebih dari 30 menit.
Lampu darurat II akan menyala secara otomatis pada generator diesel di dalam terowongan ketika waktu listrik mati melebihi 30 menit (waktu dapat diatur). Generator diesel ini dapat dinyalakan secara manual saat listrik mati.
Kemudian terdapat lampu induksi darurat untuk memudahkan evakuasi pengguna jalan saat terjadi kebakaran. Tanda lampu induksi darurat mengindikasikan arah dan jarak portal pelarian terdekat.
Dikutip dari laman Kementerian PUPR, Twin Tunnel Tol Cisumdawu dibangun oleh Direktorat Jenderal Bina Marga melalui Balai Geoteknik Terowongan dan Struktur (BGTS). Ini merupakan terowongan pertama di jalan tol dan terpanjang di Indonesia dengan ruas panjang Tol Cisumdawu sekitar 61,6 km.
Saat mengisi acara podcast Bincang Jalan dan Jembatan, Kepala BGTS Fahmi Aldiamar mengatakan terowongan kembar ini sebagai shortcut jalan karena faktor topografi daerah yang memiliki pegunungan atau berbukit.
Karena itu, jika dibangun jalan menyusuri bukit akan terjal, sempit dan tepinya jurang. Kondisi itu akan sangat berisiko bagi pengguna jalan dari segi kenyamanan dan keamanan.
BACA JUGA: Sumsum Tulang Sapi Kaya Akan Nutrisi, Definisi Makanan yang Lezat dan Berkhasiat
Pada pembangunan terowongan menggunakan inovasi teknologi yang disebut metode New Austrian Tunneling Metode (NATM) atau metode penggalian bertahap.
Metode NATM adalah metode yang paling baik untuk kondisi material yang akan digali. Karena di Cisumdawu material yang akan digali adalah material vulkanik. Dominan materialnya lebih mudah runtuh jika ada air.
Selan itu, akibat dari erupsi gunung berapi biasanya ada bongkahan-bongkahan batuan yang tercampur di material tanah tersebut. Metode lainnya hanya bisa digunakan pada kondisi homogen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: