Roys Mahkota
--
Kliwon
Dek Ulfa jangan capek². Biar Abang aja yang capek gpp. Yang penting dek Ulfa tiap hari bisa istiqomah komen disini. Cuma baca komenan dek Ulfa doank, badan Abang jadi segar lagi dan semangat lanjut mbecaknya.
Rihlatul Ulfa
Siang itu saya mendapat tlp dari telemarketing bank BCA. ia mengetahui saya mempunyai 2 rekening. yang satu arus keluar masuk. yg satu uang terus mengendap. ditawarilah asuransi dengan potongan 500 ribu perbulan selama 20 tahun. sangat memaksa sekali. akhirnya saya tanya 'anda tahu berapa harga saham bank BCA hari ini? tele menjawab. maaf ibu saya belum cek kebawah jadi saya belum tahu. saya katakan saat itu, lebih baik saya membeli saham perusahaan anda, untungnya akan berkali2 lipat. dan berakhir tele itu menjawab 'apakah ibu lulusan sarjana ekonomi? telepon itu berakhir di menit 30.
Nurkholis Marwanto
Melihat kasus ini, jadi kasihan sama Beny Tjokro, alias Bentjok. Seperti tidak adil sekali. Bentjok sudah dihukum seumur hidup dan dimiskinkan. Untuk 2 kasusnya, di Jiwasraya dan Asabri. Sedangkan yang ini bebas. Harta yang tidak terkait dengan Jiwasraya dan Asabripun ikut disita.
Jimmy Marta
Ada perdebatan yg tak kalah seru dari kasus indosurya. Itu masalah tabrak lari di ci asa njur dg korbannya seorang mahasiswi. Kemaren2 pihak polres cianjur dan polda jabar menyatakan penabraknya mobil audi 8 yg bukan rombongan polisi. Itu mobil yg maksa masuk iring2 an. Sugeng teguh dan majikannya Nur dah membantah gk nabrak. Mereka dapat izin dari suami Nur yg polisi dalam rombongan. Mereka berhenti dan gk goresan apapun dimobil. Hari ini ST dah ditetapkan jd tersangka. Dan bu N dinyatakan bukan istri, hanya teman dg polisi D. Debat 23rb nasabah lawan 1 orang Henri Surya spt nya berlanjut ke tingkat kasasi. Debat keluarga mahasiswi dg polisi spt nya lanjut dibawah atensi kapolri.
Liam Then
"Peng,om mau bicara" "Iyah om" "Om setuju kamu nikah dengan A Mei, cepat cari tanggal, om tidak liat kamu punya apa ngga, yang penting kamu serius sama A Mei,masalah modal usaha, kamu tak usah banyak pikir, liat nanti kemampuanmu sampai mana!" "Makasih Om, saya janji, saya sayang A Mei Om" "Om, ingatkan terakhir kali ya, pesan Om cuma satu, jangan sampai Om dengar A Mei , buat makan pun susah" "Saya janji Om" A Peng dan A Mei pun menikah. Setahun berlalu....... "Peng, sini !!!" , Mei, kamu ke dapur sana bantu mamamu" "Peng , papa mau ngomong sama kamu" "Iyah Pa" "Peng , tolong papa lah, jangan kau kasih makan si A Mei terus, cobalah kau lihat , dulu dia 55 kilo, sekarang 83 kilo, gimana kau ini" "Loh, kan papa yang pesan, saya sudah janji sama Papa" "......Aduhh Peng....!!!"
Liam Then
Saya ulangi pepatah komunitas Tionghoa Tio Ciu yang tinggal di tepian sungai. "Ho cha bo phu kau meng kha" Kurang lebih terjemahannya seperti ini . "Kayu yang bagus tak kan mengambang hanyut sampai depan rumahmu" (karena yang bagus-bagus sudah tentu dinaikan duluan oleh orang ) Pepatah ini pernah saya analisa begitu lama, sangat penuh logika. Piara sapi supaya beranak sapi, tinggal kasih rumput saja ,lumayan susah. Apalagi duit beranak duit ,lebih susah. "Bang ,bolehlah kau jadi anggota, tiap bulan tinggal kau cek saja setoran masuk" "Bolehlah, tapi aku tak mau simpan, tapi pinjam" "Abang punya sertifikat rumah?" "Loh ,buat apa" "Jaminan pinjaman" "Bos kamu punya sertifikat kantor?" "Loh buat apa"? "Jaminan simpanan" "Ah , abang bercanda" "Iyah, hahaha, abang kasih tau ya ini ilmu kehidupan, jangan kau liat muka abang ,muka orang kaya, langsung kau kira abang banyak duitnya" "Loh ,toko abang ini besar, barangnya banyak" "Kau ini, abang kasih satu lagi ilmu kehidupan, pernah mau liat bebek berenang"? "Pernah bang" "Nah yang kau liat itu badannya santai saja ngambang meluncur, dibawah kakinya tak henti ngodak, coba kau lihat ke-yutub" "Yah,namanya juga usaha bang" "Sama, abang juga lagi usaha,bos toko ini bukan abang" "Loh" "Iyah, liat amoy di sana, itu anak bos abang"
Pryadi Satriana
Ada apa di Disway terbitan 9 Februari depan? Ada rubrik baru. Ada moderator. Pak Dis sempat menyebut 'Ekspresi Publik'. Saya usul 'Suara Publik'. Mirip2 'Suara Pembaca'. Tapi beda. Yang disuarakan adalah kepentingan publik, bukan kepentingan pribadi. Kebermanfaatannya untuk publik. Berikan rambu2 penulisan. Berikan pula honor. Itu wajar. Tulisan yg bermanfaat bagi publik akan dibaca orang banyak. Mereka akan mau bayar. Tidak usah mahal. Cukup 15 ribu rupiah per bulan. Itu harga sebungkus rokok. Lima belas ribu dikalikan sejuta pembaca. Jumlah yg cukup untuk membayar karyawan, kontributor, dan memberi 'ucapan terima kasih' kepada 'perusuh' Disway. Saya pun mulai bosan 'beramal' di Disway, 'amal' komen. Ndhak perlu 'moderator' untuk rubrik 'Suara Publik'. Perlu 'editor', baik substansi maupun bahasa tulisan. Yang perlu 'moderator' justru 'kolom komentar', supaya lebih bermanfaat & ndhak 'nggladrah'. Saya usul ada "Students' Corner", menampung gagasan siswa/mahasiswa yg disampaikan dlm bhs. Inggris. Usul ini sebenarnya sdh saya sampaikan ke Ust. Puji, Kepala Sekolah 'Islamic International School' PSM Magetan, salah satu pesantren dg kurikulum 'national plus' yg didirikan Pak DI. "Jangan hanya ajarkan TOEFL. Ajarkan pula 'Creative Writing'. Kirim tulisan siswa terseleksi ke Disway. Itu baik utk pesantren maupun Disway." Usul itu saya perluas: untuk semua siswa/mahasiswa, untuk menambah pembaca sekaligus mencerdaskan bangsa. Demikian usul saya. Salam. Rahayu.
Johannes Kitono
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: