Pencegahan DBD yang Efektif Satu Rumah Satu Juru Pemantau Jentik, DBD Kota Tasik Menggila, Capai 1.803 Kasus

Pencegahan DBD yang Efektif Satu Rumah Satu Juru Pemantau Jentik, DBD Kota Tasik Menggila, Capai 1.803 Kasus

Ilustrasi. Kasus DBD di Kabupaten Kuningan meningkat.-PIXABAY.COM -raselnews.com--

TASIKMALAYA, RADARTASIK.COMKasus DBD Kota Tasik menggila sejak Januari 2022 hingga akhir November, tercatat 1.803 kasus 27 pasien meninggal dunia. 

Dari 27 pasien Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) itu, 21 diantaranya adalah anak-anak.

"Kita melihat pada pengendalian dan pencegahan DBD itu ada pola yang berubah. Jadi tetap harus memperhatikan masa perindukan nyamuk. Itu kan pada saat curah hujan tinggi," ujar Kabid P2P Dinkes Kota Tasikmalaya, Asep Hendra, Rabu 30 November 2022.

Asep meminta masyarakat harus rajin melaksanakan pengendalian dan pencegahan DBD ini di lingkungannya. Caranya menerapkan 3M plus, menguras, mengubur, menutup, plus tidur pakai kelambu, lotion, tanaman pengusir nyamuk, dan lain sebagainya.

BACA JUGA:Daop 2 Bandung Tambah 3 Kereta Api Nataru, Tiket Kereta Api Nataru Sudah Mulai Dijual

"Bilamana ada kasus, harus segera dilakukan pelacakan sumber jentiknya. Kalau ditemukan, harus diberikan abate untuk membunuh jentik nyamuk," terangnya.

Peningkatan kasus DBD saat ini, menurut dia, sebenarnya secara nasional sedang terjadi. Di tingkat provinsi terjadi kenaikan kasus mencapai dua kali lipat. 

"Namun yang paling tinggi memang di Jabar. Jika dianalogikan karena curah hujan tinggi atau tidak, tapi kenyataannya kami temukan banyak jentik nyamuk di dalam rumah. Kalau curah hujan kan, harusnya jentiknya di luar. Namum kebanyakan ditemukan di dalam rumah," bebernya.

Maka, tambah dia, pengendalian dan pencegahan DBD yang efektif diawali dari gerakan 3M, lalu mengaktifkan gerakan satu rumah satu jumantik. 

BACA JUGA:Semi Pedestrian HZ Mustofa-Jalan Cihideung Masih Banyak Pekerjaan Rumah! Darurat Lahan Parkir, Toilet dan PKL

Khususnya dalam gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik (Jumantik) ini perlu kesadaran semua.

"Karena kader tak bisa masuk ke setiap rumah, atau puskesmas masuk ke semua rumah. Kan ada yang tidak berkenan juga karena itu kan wilayah pribadi," tambahnya.

Jelas dia, kalau tak mau didatangi kader, setidaknya orang di dalam rumah itu melihat dan memantau serta melaporkannya ke RT, RW secara berjenjang ke lurah dan puskesmas untuk koordinasi.

"Jadi ada beberapa yang mempertanyakan soal ini karena masuk wilayah pribadi. Ada yang tidak mau buka pintu rumahnya karena suami-istrinya kerja, anaknya hanya sama neneknya saja, jadi tak dibukakan pintu rumahnya," jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: