Penyesalan Panggung

Penyesalan Panggung

Duka untuk sepak bola Indonesia, tragedi Kanjuruan jangan terulang lagi.-Ilustrasi: Syaiful Amri-Disway.id-

Ia preman yang religius. Pidatonya di Malang itu sarat dengan idiom-idiom agama.

Kesenimanannya juga diwujudkan dalam Warung Apresiasi. Yakni semacam padepokan seni di Gelanggang Remaja Bulungan, Jakarta Selatan. Di situlah siapa pun bisa berekspresi. Silakan menyanyi. Bermusik. Atau berpuisi. Asal harus karyanya sendiri. 

Antok juga pembaca puisi yang andal. Belum lama ini ia tampil di panggung. Baca puisi (lihat video). Itu di ulang tahun ke 40 Kelompok Pengamen Jakarta. Kapolri juga hadir di ultah itu. Kapolri memotong tumpeng untuk Antok. Seniman-seniman besar sering mampir di sini. Termasuk, dulu, penyair-dramawan WS Rendra. Hari-hari ini Antok bersama Aremania-Aremanita yang lagi berduka. Ia memang bisa jadi salah satu muara duka. 

Sebenarnya sudah banyak politisi yang cari panggung: ingin mendamaikan Bonek-Bonita dan Aremania-Aremanita. Sejak lama. Tapi mereka tahu motifnya sangat politis. Suporter dijadikan panggung.

Maka tragedi Kanjuruhan menjadi momentum agar tanpa makcomblang pun mereka bisa bersatu. Antok Baret sudah bicara persatuan itu. Bonek juga sudah bicara. Mereka pun bisa bertemu dengan tulus. Tanpa dimanfaatkan siapa pun.

Panggung suporter memang besar. Tapi panggung itu juga panas. (*)

Komentar Pilihan DahlanIskan Edisi 6 Oktober 2022: Hidup Fanatisme

IbnuShonnan

Bah, yang paling bahaya itu fanatisme pada uang. Untuk mendapatkanya menghalalkan segala cara.

Orang jauh

#51 Jadi kalau saya baca berulang-ulang, Menurut Abah DI : Hidup sebagai pohon bukanlah hidup. Tapi perlu diingat ya Bah: "Pohon yg hidup akan banyak menghidupi". Didalam pohon yang hidup itu, banyak sekali makhluk hidup bergantung padanya. *Kok kata hidupnya jadi banyak

Muin TV

Tapi ada juga fanatisme yang kebablasan. Fanatisme kepada kelompok. Salah benar harus dibela. Walaupun harus melalui rekayasa alaSambo. Jadi problemnya adalah pintu yang terkunci dan tangga yang terlalu curam. Besok-besok pintunya jangan dikunci dan penonton duduk lesehan saja.

ErGham

Ada fanatisme jenis baru. Fanatisme abang driver ojek online. Fanatisme terhadap spbu vivo. Walaupun harga lebih mahal dari pertalite, abang abang gojek tetap setia antri. Barusan saya isi juga di spbu vivo. Bisa dikatakan 40 persennya adalah abang gojek. Saya juga bingung, padahal harga bbm vivo ron 89 lebih mahal dari pertalite. Ini fanatisme baru. Mungkin sesuai dengan moto vivo, "Melindungi mesin, jarak lebih jauh, dan pengisian akurat".

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: