Kompor 450

Kompor 450

Kompor listrik.-Foto: Tangkapan layar disway.id-

Meski daya listrik di rumah orang miskin itu menjadi 2200, tapi ia tetap dianggap pelanggan 450 VA. Tetap murah sekali. Dan tetap disubsidi pula. 

Yang 2200 VA itu lebih untuk menghidupkan kompor. Di kompor itu sudah dipasangi software dan layar digital. Bisa dibaca di kompor itu: berapa penggunaan listriknya. Di tagihan bulanannya pun akan ada perincian: berapa rupiah untuk rumah dan berapa rupiah untuk kompor.

Begitu rumit. Begitu banyak pekerjaan. Tapi kalau keribetan itu bisa dilalui semuanya akan menjadi sangat sederhana. Modern. Memang tidak mudah memerawani sesuatu. Bidang apa pun. (*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi Senin, 18 Desember 2022: 

Kang Sabarikhlas

Saya PROTES Fanatis!.. masak absen pagi kayak antri BLT, satu orang bawa 4 kupon?... mestinya saya no.2 kok jadi no 5..? Saya kan pingin dapat hadiah sepeda, jadi kerja keras buat beli hp canggih buat absen. Alhamdulillah dah beli Redmi Five Plus, kok ndak bisa no 1 ya... duh..yg canggih hp apa ya?...

Namu Fayad

Kemarin gagal login, ingin ikut komentar, bahwa kadang sebagian yang komentar itu sekedar memberi sinyal bahwa ia masih hidup. Atau paling tidak masih membersamai rombongan. Pernah ada yang merasa kehilangan pada yang sering posting pengingat tahajjud, apa jangan-jangan dia sakit. Ada juga yang kehilangan karena yang bersangkutan telah wafat.

Komentator Spesialis

Fanatis adalah sebuah keharusan dan menjadi jalan seseorang untuk sukses. Tanpa fanatisme, bagaimana anda bisa sukses ? Tentu fanatisme yang dilandasi dengan pemahaman akan sebuah kebenaran. Seorang engineer misalnya, dalam mendisain kerangka teknik, dia akan fanatik dengan rumus rumus teknis yang dia pahami. Seorang muslim wajib fanatik dengan ajaran yang disampaikan oleh Rosulullah. Tidak ada toleransi sedikitpun dengan ajaran tsb. Yang dilarang itu adalah rasialis. Dalam Islam sudah jelas digariskan bahwa letak ketinggian seorang manusia adalah pada ketaqwaannya. Bukan suku bangsa, nasab, kekayaan ataupun jabatannya. Dan sesungguhnya perbedaan tsb. diciptakan Allah agar kita saling kenal mengenal dan tolong menolong. Bukan untuk bertikai.

Juve Zhang

Abah Disway tolong bahas peluang Pak A.Baswedan nyapres, soalnya pak SBY konon mau turun gunung. mendukung pak AB nampaknya. Komentator Disway mungkin 70% pendukung pak AB. Saya lihat capres itu ada 3 kategori 1. Elektabilitas. 2.partabilitas ,ada partai yg usung. 3.Duitabilitas. yg punya ketiga kategori ini sekarang pak Prabowo dan pak GP. Pak Prabowo anda tahu mau nyalon 10 kali gak akan kehabisan "nafas" , pak GP ada "sponsor" yg siap adu "nafas". Pak AB ini "nafas" masih selasa_ kemis., "Sponsor" belum menunjukkan Minat adu "nafas". Akankah pak SBY melakukan jurus jurus andalannya setelah lama "menyepi". ? Akankah jurus nya masih di kagumi rakyat.?jurus ta Chi beliau tahun 2009 sangat memukau,.

Budi Utomo

Abah Dahlan, saya tak paham apa hubungan orang Samin dengan sikap rasialis dan fanatik kader-kader Grand Old Party / Partai Republik di USA. Samin adalah eksonim (nama sebutan yang dipakai orang luar). Sedulur sikep adalah endonim (sebutan yang dipakai oleh orang Samin itu sendiri). Sebutan Samin konotasinya negatif. Sama seperti sebutan Baduy (Arab Baduy konon barbar dan tetbelakang) yang eksonim untuk suku Sunda yang masih mempertahankan budaya asli Sunda: Wiwitan. Yang menjaga kelestarian ekosistem dan memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri mulai dari pangan, sandang hingga papan/rumah. Sedulur sikep mirip dengan Wiwitan ini. Mereka memang menutup diri dari luar. Yang mereka anggap jahat dan buruk. Tapi kini sebagian dari mereka mulai membuka diri. 

Budi Utomo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: