Saat Krisis Pangan, Energi dan Keuangan, Airlangga Hartarto Ungkap Strategi Pemerintah

Saat Krisis Pangan, Energi dan Keuangan, Airlangga Hartarto Ungkap Strategi Pemerintah

radartasik.com - Meski saat ini sedang krisis pangan, energi serta keuangan, pemerintah terus berupaya pulihkan ekonomi dan transformasi perekonomian menjadi lebih hijau, berkelanjutan dan inklusif.

“Di tengah krisis ini, pemerintah memastikan ketersediaan, aksesibilitas, dan keterjangkauan komoditas pertanian di pasar global, termasuk minyak nabati, menjadi salah satu fokus utama kami,” ungkap Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto.

Hal itu disampaikan dalam sambutannya secara virtual pada acara Webinar United Nations Economic And Social Council (UN-ECOSOC) High Level Political Forum (HLPF), Senin 11 Juli 2022.

BACA JUGA:99 Persen Nasabah Merasa Puas atas Layanan KUR BRI

Kegiatan yang mengambil tema “Catalysing Actions For Sustainable Vegetable Oils In Support Of The Attainment Of Sustainable Development Goals (SDGs)” tersebut, diselenggarakan di New York, Amerika Serikat.

Dalam upaya untuk memenuhi target SDGs 2030, muncul beberapa tantangan-tantangan besar seperti inflasi yang tinggi, lonjakan suku bunga, lonjakan harga pangan dan energi, serta terganggunya pasokan dan perdagangan komoditas pertanian.

Dengan mempertimbangkan pertumbuhan populasi global dan meluasnya penggunaan minyak nabati di berbagai industri.

BACA JUGA:Puluhan Orang Siap Adopsi, KPAID: Polisi Segera Ungkap Pelaku Buang Bayi di Gang Ciawi Tasikmalaya

Maka diperkirakan ukuran pasar global minyak nabati akan meningkat dari 199,1 juta metrik ton pada tahun 2020 menjadi 258,4 juta metrik ton pada tahun 2026.

Sementara itu, bahkan sebelum terjadinya krisis global, minyak nabati telah lama menjadi sumber mata pencaharian bagi petani skala kecil serta sumber mesin pembangunan di banyak negara berkembang.

BACA JUGA:PTT di Kemenparekraf dan Baparekraf Jangan Panik, Siap-Siap Ikuti Seleksi PPPK

Sehingga penting untuk memastikan kesinambungan pasokan minyak nabati yang cukup ke pasar global untuk mencegah volatilitas harga lebih lanjut dan guncangan terhadap ekonomi global.

“Dalam hal ini, kami terus percaya bahwa upaya bersama untuk memastikan keberlanjutan di pasar minyak nabati global harus dilakukan secara holistik dan nondiskriminatif,” tegas Menko Airlangga.

Selain itu, diperlukan juga lingkungan yang kondusif serta penyediaan sumber daya dan keterampilan untuk mendukung petani kecil dalam mewujudkan produksi berkelanjutan atas komoditas yang digunakan untuk menghasilkan minyak nabati.

BACA JUGA:Wisatawan Pulau Komodo Dibatasi, Harga Tiket Masuk Naik Cek Disini

Sebagai salah satu produsen dan pengekspor minyak nabati utama dunia, termasuk minyak sawit dan minyak kelapa, Indonesia terus menekankan pentingnya memastikan keberlanjutan di seluruh sektor minyak nabati.

Hal tersebut dilakukan diantaranya melalui pemanfaatan smart farming pada perkebunan kelapa maupun dukungan replanting bagi petani sawit.

BACA JUGA:RANHAM Kota Tasik Dapat Nilai Tinggi, Sekda : Perlu Kolaborasi untuk Jadi Kota Peduli HAM

Lebih lanjut, Indonesia berkomitmen untuk mempercepat transisi energi bersih melalui kebijakan biodiesel untuk mencapai net zero emissions.

Diperkirakan penggunaan B30 berpotensi menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 24,6 juta ton CO2.

Hal ini juga akan memperkuat tujuan Indonesia untuk mencapai target ketahanan energi dan bauran energi sebesar 23% pada tahun 2025. (dlt/fsr/ekon.go.id)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: