Ini Kata FP3 Kota Banjar Terkait Aksi Sayatan Lengan Tangan Belasan Murid SD

Ini Kata FP3 Kota Banjar Terkait Aksi Sayatan Lengan Tangan Belasan Murid SD

Ketua FP3 Kota Banjar Dicky Agustaf. istimewa--

BANJAR, RADARTASIK - Belakangan ini, banyak remaja melakukan self harm (menyakiti diri sendiri/menyayat-nyayat) yang kemudian dipamerkan ke media sosial (medsos). 

Mereka terjebak oleh rasa frustasi, dan rasa ingin menyerah untuk hidup. Sehingga menyakiti diri sendiri dengan cara menyayat lengan tangan menggunakan silet atau benda tajam lainnya.

Hal tersebut yang dilakukan belasan anak sekolah dasar negeri (SDN) 2 Hegarsari Kota Banjar mengikuti trend yang ada di media sosial (medsos). 

"Apabila kebiasaan ini diteruskan, tentu sangat berbahaya bagi kesehatan fisik dan jiwa mereka (anak-anak)," ujar ketua forum pemuda peduli pendidikan (FP3) Kota Banjar, Dicky Agustaf, Selasa 4 Juni 2024.

BACA JUGA:Alhamdulillah, 1.151 Jemaah Haji Kabupaten Ciamis Berangkat ke Tanah Suci

Dicky menilai, apa yang terjadi saat ini sepertinya sedikit berbeda karena terjadi pada anak-anak usia sekolah dasar (anak dibawah umur).

Dimana tingkat stress dan frustasi mereka bisa dibilang masih dalam kategori rendah, dan hanya sekedar ikut-ikutan saja karena belum mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. 

"Kami sudah coba mencari tahu alasan kenapa anak-anak melakukan hal itu, ternyata mereka lebih terjebak oleh trend gaya hidup yang mereka dapat informasinya dari sebuah aplikasi di medsos," terangnya. 

Pihaknya mengaku miris dengan kejadian tersebut karenq sudah seharusnya menjadi perhatian serius, semua pihak. Mulai dari pemerintah, instansi terkait  sekolah dan juga orang tua. 

BACA JUGA:Kabupaten Pangandaran Miliki 30 Hektare Lahan Tembakau, Hasilkan 200 Ton Per Tahun

Supaya mereka tidak berkelanjutan melakukan hal yang sama dan juga tidak menyebar, sehingga bisa segera diantisipasi lebih dini guna mencarikan sebuah solusinya.

"Saat ini sekolah, orang tua dan juga anak anak sudah dikumpulkan dan dimusyawarahkan. Namun saya kira dan disarankan jangan berhenti di sini saja," bebernya. 

Pasalnya, sudah terlalu sering dan banyak melihat kejadian-kejadian serupa yang dilakukan anak-anak usia sekolah yang memang tidak diharapkan dan tidak mencerminkan prilaku seorang siswa.

"Yang menjadi pertanyaan besar, ada apa dengan pendidikan? Mana hasil dari pendidikan itu?," tambahnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: