Ironis! Banyak Orang Tidak Tahu ‘Harta Karun’ dari Tasikmalaya Sebilah Pedang Bambu Sakti KH Zaenal Musthofa

Ironis! Banyak Orang Tidak Tahu ‘Harta Karun’ dari Tasikmalaya Sebilah Pedang Bambu Sakti KH Zaenal Musthofa

Pedang bambu ini 'Harta Karun' dari Tasikmalaya yang jadi jejak sejarah perjuangan KH Zaenal Mushofa melawan penjajah Jepang.-Radartasik.com-

Pasukan PETA yang terdiri anak-anak muda yang baru lulus pendidikan militer di Bogor, tidak tahan melihat Jepang semena-mena terhadap rakyat.

KH Atam Rustam, cucu ketiga dari Istri Pertama KH Zaenal Mustofa mengungkapkan, pedang bambu yang digunakan kakeknya sebagai senjata dalam perang melawan Jepang ternyata dibuat oleh seorang santri. 

"Berdasarkan informasi dari salah satu santri yang ikut berperang bersama Abah (panggilan akrab KH Atam kepada kakeknya, KH Zainal Mustofa), bambu tersebut dibuat oleh seorang santri," ungkapnya kepada radartasik.com, Selasa 15 Agustus 2023.

Pedang bambu tersebut, terang dia, dibuat oleh seorang santri warga Sukamanah, Kecamatan Sukarame dan Cicangkudu, Kecamatan Mangunerja, Kabupaten Tasikmalaya. 

"Kedua santri ini diperintah oleh Abah Mustofa untuk membuatnya (pedang bambu), yang akan digunakan untuk persiapan perang," terangnya.

Setelah pedang bambu itu selesai dibuat, beber dia, KH Zainal Mustofa mengumpulkannya dan membacakan doa sebelum berangkat berperang melawan Jepang. 

"Menurut salah satu santri yang masih hidup, pedang-pedang bambu tersebut dibacakan doa oleh Abah Mustofa sebelum berperang," beber KH Atam.

Pada pedang bambu itu, tambah dia, tertulis lafad dzikir (Laa ilaaha illallah) dengan panjang 60 sentimeter.  

"Informasi ini diberikan oleh salah satu santri yang masih hidup dan pernah berperang melawan Jepang bersama para santri Abah Mustofa. Saat ini santri tersebut sudah tiada, yang terakhir adalah Abah Oot," tambahnya.

Pedang bambu, jelas dia, digunakan oleh KH Zainal Mustofa dalam pertempuran pada hari Jumat setelah melaksanakan sholat Jumat. 

Lokasi pertempuran  terjadi di Kampung Sukamanah (Cihaur), Desa Sukarame, Kecamatan Sukarame.

Meskipun hanya menggunakan pedang bambu yang menyerupai pedang, para santri mampu menjaga diri dan mengalahkan tentara Jepang. 

"Menurut sejarah, pedang bambu ini memiliki ketajaman seperti pedang besi, meskipun terbuat dari bambu kuning," jelas KH Atam. 

Awalnya, barang-barang pedang bambu tajam tersebut dirampas oleh tentara Jepang, dan beberapa yang tersisa dibawa ke Bandung untuk disimpan di museum.

Saat ini, masih ada satu pedang bambu yang digunakan santri KH Zainal Mustofa saat perang itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: