‘Harta Karun’ dari Tasikmalaya Sebilah Pedang Bambu Sakti KH Zainal Musthofa Rontokan Samurai Jepang
'Harta Karun' dari Tasikmalaya berupa sebilah Pedang Bambu yang digunakan para santri KH Zaenal Mustofa saat berperang melawan Jepang di Sukarame, Tasikmalaya. istimewa--
Meskipun dengan senjata terbuat dari bambu kuning, karena yang memegang pedang hatinya ikhlas berjuang untuk kemerdekaan dan tauhid agamanya, hasilnya di luar nalar.
Ini yang dalam keyakinan Islam sebagai kesaktian atas pertolongan Allah kepada ulama.
Kesaktian itu dikenal sebagai karomah para ulama. Sehingga pedang bambu kemampuannya jadi setara pedang samurai. Sangat tajam dan kuat.
Perlawanan KH Zainal Musthofa dengan ratusan santrinya membuat tentara Jepang yang awalnya menyepelekan, kewalahan dan banyak yang tewas.
Pedang bambu digenggaman para syuhada dari Pesantren Sukamanah berubah jadi senjata mematikan, membuat Jepang mundur sesaat.
Mereka mengatur strategi dengan menarik orang-orang Jepang. Lalu tentara asli pribumi yang jadi anteknya disuruh maju.
KH Zainal Musthofa tidak ingin membunuh saudara sebangsanya, dan akhirnya menghentikan perlawanan.
Pertempuran KH Zainal Musthofa dan santrinya melawan Jepang, adalah perlawanan pertama bangsa Indonesia.
Perlawanan yang akhirnya bisa dikandaskan Jepang melalui antek-antek pribuminya, di kemudian hari jadi inspirasi anak bangsa lainnya melawan Jepang.
Sebut saja perlawanan rakyat Indramayu tahun 1944.
Rakyat Indramayu protes karena hasil pertanian mereka harus disetorkan ke Jepang.
Ada lagi pemberontakan tentara bentukan Jepang yaitu Pembela Tanah Air (PETA) di Blitar, 14 Februari 1945, dipimpin Shodancho Supriyadi.
Pasukan PETA yang terdiri anak-anak muda yang baru lulus pendidikan militer di Bogor, tidak tahan melihat Jepang semena-mena terhadap rakyat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: