Keren Lestarikan Budaya Jadi Konsep Tjihideung Festival, Nikmati 100 Kuliner di Pedestrian ‘Malioboro’ Tasik
Pengunjung Pedestrian ‘Malioboro’ Tasik yang menikmati kuliner di Tjihideung Festival.-Foto: ujang nandar/radrtasik.disway.id-
KOTATASIK, RADARTASIK.COM - Tjihideung Festival yang diselenggarakan oleh pemuda Selakaso Cihideung selain menyediakan berbagai jenis kuliner juga menjadi sarana edukasi kepada masyarakat. dan pelestarian budaya dengan cara mencintai ragam kuliner khas Kota Tasik.
Ketua Panitia Tjihideung Festival, Agung Dewi Setia, bercerita Tjihideung Festival kuliner dilaksanakan untuk melestarikan kebudayaan melalui makanan kuliner. Tentunya karena dari 100 tenda yang disediakan untuk 10 jenis kuliner.
"Kami juga menyediakan papan informasi terkait sejarah Tasikmalaya, mulai dari Tentang Tasikmalaya, kerjainannya seperti payung gelis, sandal kelom dan lainnya," kata Agung saat ditemui di Pedestrian ‘Malioboro’ Tasik.
BACA JUGA:Jalan-Jalan Nikmati 100 Kuliner di Pedestrian ‘Malioboro’ Tasik Tjihideung Festival
Agung mengutarakan, Tjihideung Festival kali pertama yang dilaksnakan oleh forum pemuda Selakaso, Cihideung.
"Tjihideung Festival hanya satu hari ini saja, mulai pukul 16.00 sampai dengan puku 22.00 malam, mudah-mudahan kedepan bisa kita laksanakan kembali," kata Agung.
Untuk makanan kuliner berbagai makanan yang disukai warga Tasikmalaya, seperti bakso, sosis, usus, minuman dan lainnya yang selama ini menjadi kuliner di Tasikmalaya.
"Mulai dari makanan kekinikan hingga makanan tradisional tersedia di Tjihideung Festival," ujar dia.
Mengusung konsep pelestarian budaya, sejarah dan kuliner, Pedestrian ‘Malioboro’ Tasik, ditata sedemikian rupa, sehingga para pengunjung bisa enjoy menikmati suasana Kota Tasik.
Sebagi salah satu sarana sarana edukasi, di area Pedestrian ‘Malioboro’ Tasik juga dipasang aneka papan yang berisi catatan-catatan sejarah para tokoh, serta produk unggulan Kota Tasik.
BACA JUGA:Jalan Tol Puncak Bogor Tersambung Jalan Tol Bocimi di Daerah Mana?
Yang tak kalah serunya setiap pedagang wajib menggunakan baju pangsi dan kabaya, minimal setiap tenda satu orang menggunakan baju khas Sunda itu.
"Itu kita lakukan karena tujuan awalnya untuk melestarikan kebudayaan, dan juga memperkenalkan sejarah Tasikmalaya, kita juga ada berbagai pertunjukan saat malam nanti," jelas Agung yang saat itu di dampingi Panitia Lainnya Acep.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: