Sobekan Lead

Sobekan Lead

--

Kadang saya sendiri juga begitu sulit menemukan lead. Tidak semua sumber berita seperti Jenderal Farid. Wartawan sangat senang dengan sumber berita yang kata-katanya berisi, kalimatnya penuh warna dan ingatannya kuat. 

Memang, kadang sumber berita juga tergantung pada pancingan pertanyaan. Kalau pertanyaan tidak bermutu sumber beritanya juga malas berpikir. 

Tapi kalau sumber beritanya seperti Pangdam Farid penulisnya bisa sambil bersiul. Dari sekali bertemu Jenderal Farid saya bisa mendapat lima calon lead. 

"Anak Pasar jadi Jenderal" di edisi kemarin dulu itu, juga kata-kata Farid. Lalu lead yang saya pakai hari ini. Demikian juga yang akan saya jadikan lead edisi besok pagi.

Bagaimana kalau sulit menemukan kalimat yang bisa dijadikan lead?  Jangan berpikir terlalu keras. Tulis saja apa yang keluar dari pikiran. Pun kalau itu bukan pilihan terbaik. Lalu Anda hapus. Tulis lagi yang lain. Yang mungkin juga belum menarik. Hapus lagi. Sampai ketemu sendiri lead yang terbaik.

Zaman muda dulu, saat awal-awal jadi wartawan, urusan lead ini paling meneror. Maka setiap kali selesai wawancara pikiran langsung bertanya: apa lead-nya nanti. Sepanjang perjalanan pulang ke kantor pun pikiran fokus ke mencari lead. Kadang sampai lampu bang-jo tidak terlihat. Ditangkap polisi.

Begitu lead ditemukan, bagi saya, 50 persen tulisan sudah selesai. Cerita bisa dialirkan dari lead itu.

Lead itu ibarat ibarat gincu. Menarik untuk dilihat. Penting untuk dibayangkan. (*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 14 Januari 2023: Tertutup Terbuka

Rizky Dwinanto

"Eh koyo ngene kabeh, emoh aku".. Dilakukan Megawati sambil menunjuk para kadernya. "Lha kan sudah ada pemimpin yang mustinya.." Dilakukan Megawati setelah memuji-muji dirinya yang cantik, karismatik, pintar dan pejuang. "Kok elu gak ngelihatin gua ya". Dilakukan setelah menyebut kader bertanya tentang calon pemimpin. Fixed, Pak Dahlan gak bisa baca arahnya juga seperti yang lainnya. Ibu Mega masih menginginkan kadernya mengajukan dirinya tetapi dengan cara perempuan yang muter-muter dulu. Ibu Mega kecewa karena kadernya lebih memilih nama Jokowi dan Ganjar dibanding dirinya. Disitulah terungkap ucapan kekesalan "koyo ngene kabeh, emoh aku". Saking sebelnya kepada Jokowi yang mengendorse Prabowo dan Ganjar, sampai Ibu Mega mengungkapkan kekesalannya. "Jokowi bukan siapa-siapa kalau gak ada PDIP". Pak Dahlan harus belajar pada saya untuk memahami perempuan.

adi ya adi

Sistem terbuka : yg nrima "uang" rakyat/pemilih Sistem tertutup : yg nrima "uang" pengurus partai Perdebatan hnya tentang siapa yg akan menerima "uang" Bgtu juga di rumah, boleh di coba, coba alihkan "sang penerima uang" (istri) ke yg lain.... Alamat yg td nya tiap malam selalu ter/(di)buka akan tertutup selamanya..... He...he

MZ.ARIFIN UMAR ZAIN.

Gimana kalau presiden dipilih oleh gubernur2. Gubernur dipilih oleh Walikota2 & Bupati2. Walikota & Bupati dipilih oleh camat2. Camat2 dipilih oleh Kepala Kelurahan & Kades? Ka Lurah, Kader dipilih oleh Ka Rw. Ka Rw dipilih oleh Ka Rt? Ka Rt dipilih oleh Warga2 nya?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: