Imaji Perusuh

Imaji Perusuh

Suasana sarasehan para perusuh Disway dengan Dahlan Iskan di Kampung Agrinek, Cikeusik, Pandeglang, Banten, 31 Desember 2022.-Raka Denny for Disway-

Kami tertegun. Wahai dikau seorang nan sangat terkenal. Betapa tegar kuatnya dirimu menahan derita. Seandainya kehilangan seperti itu kami alami (tanpa dibekali makna sejati kehilangan) entah apa yang akan terjadi.

Sarasehan Disway yang tadinya sendu berubah menjadi ceria.  Satu per satu perusuh diabsen. Pertanyaan sama ”Anda SMA di mana”. Qadarullah walaupun diundi, ternyata distribusi perusuh nyaris sempurna. Mewakili seluruh profesi, ras, agama, dan antar golongan.

Berbaur berbagi pengalaman dan jati diri membuat kaum perusuh semakin menyadari keberadaan siapa dirinya. Kita bukan apa apa dibanding perjuangan berdarah darah Abah.

Jadi teringat lagu lawas Farel Prayoga. Ojo dibanding–bandingke, Yo pasti kalah.

***

Pak Mario Setyo perusuh pertama tiba di titik kumpul Swiss-Belhotel, Serpong. Saya orang kedua. Dari Kramatjati Jakarta Timur, datang pukul 10. 45.

Pertanyaan pertama  ”nama Anda di kolom komentar Disway siapa?”

Komentator dari Semarang tergagap: ”Saya pakai nama putri, Viona”. 

Nah lho. Melihat penampilan Pak Mario dan tutur kata halus khas wong Jawa Tengah saya pikir tak pantas beliau dikategorikan perusuh. Pasti sanak saudaranya tidak percaya, bahkan warga se RT/RW pun pasti protes. Namun demikianlah nasib para komentator, digelari Abah sang perusuh.

Lambat laun menjelang Salat Jumat, perusuh memenuhi lobi hotel. Apalagi kalau bukan salam salaman dan saling berkenalan. Ternyata hanya Pak M. Arifin, Pekalongan dan Thamrin Dahlan yang nama di Disway dan di KTP sama.  Lain perusuh pakai nama samaran alias palsu.

Motif pakai nama beda? Beragam jawaban. Dari takut sama istri, biar nyaman, rahasia rahasiaan sampai motif menyamar agar keteledoran berkomentar tidak disentil admin atau pembaca Disway. Salut denagn dr Sandra dan suami, Mr Hady, namanya betulan.

Pembicaraan perusuh terkait kamp lumayan seru. Apa apaan ini Abah memasukkan kita ke dalam kamp. Apakah ini sejenis hukuman karena sering usil. Anda tahu sendiri dari pelajaran sejarah bahwasanya kamp itu seram mencekam.

Yuk Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia:

kamp dan tenda (kemah dan sebagainya) yang didirikan di alam terbuka sebagai tempat perhentian serdadu, Pramuka, atau musafir; barak; 2 pengasingan: pada zaman penjajahan, tidak sedikit — untuk mengasingkan pemimpin kita yang tertawan;

Nah ketika ditambah kosa kata — konsentrasi menjadi lebih seram: “tempat penahanan warga masyarakat (pada umumnya tanpa melalui proses pengadilan) yang dianggap membahayakan kedudukan pemerintah yang sedang berkuasa”. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait