Durian Tarmidji

Durian Tarmidji

Dahlan Iskan ke Kedai Kopitiam Asiang di Pontianak lima tahun lalu. Ia kembali ke sana untuk bertemu Gubernur Kalimantan Barat, pendiri Pontianak Post, dan tentu ngopi lagi di Asiang.--

Memang baru di pusat kota yang pinggiran sungainya dibenahi. Tapi perubahan itu bisa merangsang wali kota berikutnya untuk menambahnya. 

Pun Jalan A Yani. Trotoarnya begitu lebar, untuk ukuran Pontianak yang dulu tidak punya trotoar. Penghijauannya juga berhasil. Tamannya indah.

Kini Sutamadji menjabat gubernur. Tentu ia tidak akan rela kalau hasil pembenahan kotanya itu tidak dilanjutkan. Ia sendiri menambah kecantikan jalan terpanjang itu dengan membenahi pagar kantor gubernur. Pertama, agar pagar di situ sinkron dengan taman sepanjang jalan utama itu. Kedua, agar pagar tidak dijadikan alat politik.

"Warna pagar itu saya buat warna kayu," ujar Sutamadji. "Dengan demikian tidak akan ada lagi yang berani mengubah menjadi warna lain," tambahnya.

Kini, warna pagar dan jembatan, memang bisa silih berganti tergantung dari partai apa kepala daerahnya.

Pagar kantor gubernur itu juga sudah memuaskan semua golongan. Dibuat tiga motif: ada motif Melayu, Dayak, dan Tionghoa –tiga suku terbesar di Kalbar. 

Demikian juga pagar rumah dinas gubernur yang luas dan besar itu. Pagarnya juga sudah dibuat tiga motif. Pun warnanya sudah dibuat warna kayu alami. Siapa pun gubernurnya kelak, masak sih, mau mengubah warnanya. 

Halaman rumah gubernur ini juga ditinggikan. Agar tamannya lebih menonjol. Juga agar tidak tergenang di masa air sungai Kapuas pasang-besar. "Saya tidak tinggal di rumah dinas itu," ujar Sutamadji. Ia tinggal di rumahnya sendiri. 

Sutamadji memang orang asli Pontianak. SMA-nya di Santo Paulus depan es krim itu. Orang tuanya miskin. Ia harus ikut cari rezeki di pagi hari. SMA Santo Paulus masuk sore.

Setelah tahun pertama dinilai ''Pontianak Centris'' Sutamadji mulai melangkah ke daerah-daerah. Ia fokus mengurangi jumlah desa tertinggal. "Tahun ini desa sangat tertinggal sudah teratasi semua," ujarnya. Ia mengajak saya ke war-room. Lokasinya di depan ruang tamu. Layar digital selebar dinding gedung berkedip-kedip. Semua data pembangunan berseliweran. Real time. Desa tertinggal pun sudah turun drastis. Dari sekitar 500 menjadi tinggal 80-an.

Tentu saya juga diskusi mengenai pelabuhan baru, jalan menuju ke sana dan soal bauksit (Disway 5 Desember 2022). 

Gubernur bisa berperan penting. Termasuk dalam memelihara durian Pontianak. (*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 10 Desember 2022: Gunung Kawi

rid kc

Saya sejak kecil sudah mendengar dan diceritai oleh bapak saya terkait gunung kawi. Tapi ceritanya hanya terkait itu yaitu ingin jadi kaya. Saya yakin di gunung kawi tidak hanya cerita itu tapi pasti ada lainnya. Ternyata benar di gunung kawi ada makam ulama yang merupakan pasukan Pangeran Diponegoro. Ulama inilah sejatinya yang diziarahi bukan karena ingin kaya atau apa. Suatu saat kepingin ziarah ke Gunung Kawi untuk menziarahi ulama tersebut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait