Durian Tarmidji

Durian Tarmidji

Dahlan Iskan ke Kedai Kopitiam Asiang di Pontianak lima tahun lalu. Ia kembali ke sana untuk bertemu Gubernur Kalimantan Barat, pendiri Pontianak Post, dan tentu ngopi lagi di Asiang.--

Oleh: Dahlan Iskan

BEGITU makan durian kali ini saya tertegun. Setelah membuka durian keempat, saya tersadar. Saya merasa bersalah. Selama ini saya terlalu memuja musangking

Maka sejak pekan lalu itu, sejak makan durian Pontianak lagi, kesan saya pada durian musangking berubah.

Musangking memang enak sekali –di samping mahal sekali. Tapi durian Pontianak ini harusnya mengalahkan musangking. Seenak-enak musangking ya sudah, memang enak. Tapi ketika membuka musangking kedua, enaknya sama. Buka lagi yang ketiga enaknya masih sama. Pun yang keempat dan seterusnya. 

Saya akhirnya tahu: di situ kelemahan musangking. Enaknya monoton. 

Bandingkan dengan durian Pontianak ini. Khususnya yang sudah diseleksi oleh pedagang ahli durian ini. Di Jalan Gajah Mada ini. Buka durian pertama enak sekali. Buka yang kedua sangat enak. Buka yang ketiga enak banget. Yang keempat hen enak. Yang kelima enak jiddan.

Enak semua. Tapi enaknya beda. Tiap buka yang baru rasanya beda. Ini tidak akan terjadi pada musangking. Enak, tapi itu-itu saja. 

Berarti saya harus meralat ide lama: baiknya rasa durian di Indonesia distandarkan. Seperti di Malaysia. Jangan. Jangan diseragamkan. Musangking memang enak tapi enak yang tanpa variasi.

Berarti, yang diperlukan di Indonesia adalah seleksi. Bukan penyeragaman. Biarlah tetap bervariasi. Asal enak semua.

Yang membuat pembeli durian di Indonesia kecewa adalah: tidak ada kepastian rasa. Membeli durian seperti berjudi. Bisa menang, bisa kalah melulu. Kadang, pembeli dapat durian hambar. Lain kali dapat yang jalak. Yakni yang sampai biji cokelatnya kelihatan: saking tipisnya dagingnya.

Pontianak di akhir 2022 telah mengubah pikiran saya. 

Tentu saya juga mampir ke warung kopi Asiang. Masih juga ramai. Padat. Masih banyak yang berebut berfoto bersama si Asiang yang selalu tidak pakai baju itu. 

Saya pun disodori foto lama saya ngopi di situ. Agar ditandatangani. Akan dipajang. Saya pun bertanya pada Asiang: "Apakah sudah tahu ada anak muda Pontianak menjadi juara dunia?" tanya saya. 

"Juara apa?" tanya Asiang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait