Kanjuruhan Mangindaan

Kanjuruhan Mangindaan

--

Zaman teknologi ini harusnya lebih mudah. Tidak perlu lagi ada loket karcis di stadion. Pembelian tiket dilakukan pakai aplikasi. Jumlah penonton sudah diketahui sehari sebelum pertandingan. Bahkan tren ramai-tidaknya penjualan karcis sudah diketahui lima hari sebelumnya. Dengan demikian kirka (perkiraan keadaan) bisa dibaca lebih dini. 

Sistem gelang juga membantu banyak. Polisi sudah bisa tahu siapa yang pakai gelang dan tidak. Yang pakai gelang adalah yang berhak masuk kompleks stadion. Seleksi pertama bisa dilakukan jauh di luar stadion. Di jalan masuk menuju stadion. Polisi tidak perlu memeriksa. Cukup melirik lengan mereka: bergelang atau tidak. 

Dengan demikian tidak ada lagi penonton tanpa karcis yang bergerombol di luar stadion. Mereka ini yang berpotensi menjebol stadion dan juga menyumbat pintu keluar/masuk stadion.

Peristiwa Bonek tiga minggu lalu tidak akan terjadi kalau pertandingannya di Surabaya. Di Stadion Gelora Bung Tomo. Hari itu stadion lagi dipakai pertandingan tim nasional. Persebaya vs Rans United FC pun dipindah ke Sidoarjo. Penonton tak bergelang tidak bisa diseleksi jauh di luar stadion. Kalau dilakukan itu akan memacetkan jalan umum. Maka yang tidak bergelang pun bisa mendekat stadion. Mereka itulah yang akhirnya berhasil masuk stadion sebelum setengah main.

Teknologi bisa mengurangi banyak potensi rusuh. Penutupan penjualan tiket dua hari sebelum pertandingan adalah baik: perkiraan pengamanan bisa dibuat lebih tepat. Penggunaan gelang sebagai pengganti karcis mutlak. Polisi lebih mudah melakukan seleksi pertama jauh di luar stadion.

Tapi yang lebih penting lagi adalah: semua yang bertugas di stadion harus tahu bahasa bola. (*)

Komentar Pilihan DahlanIskan Edisi 3 Oktober 2022: Tragedi Prestasi 

PryadiSatriana

Mari gunakan nalar & bicara FAKTA. 1. Polisi sdh minta diadakan sore. Ditolak. Dan mau (ditolak), padahal polisi yg menjaga keamanan. Artinya: polisi bisa tetap menolak dg alasan keamanan, dan tidak memberi izin. Kok mau? Apa dapat "amplop"? Yg jelas, dg memberi izin, POLISI HARUS BERTANGGUNG JAWAB KEAMANAN ACARA PERTANDINGAN TSB. HARUS!!! 2. Ada yg bilang penggunaan gas airmata itu sudah sesuai SOP. MANA SOP-nya? Robek & bakar! FIFA itu organisasi internasional, kalau mau tetap jadi anggota FIFA ya HARUS MENGIKUTI ATURAN FIFA. Ndhak bisa bilang "Polisi punya SOP sendiri." Geblek itu! Ke-geblek-an semacam itu yg membuat lebih seratus orang kehilangan nyawa! Jangan bilang itu 'takdir'. Kita punya 'pilihan bebas'. Polisi punya pilihan: menggunakan gas airmata atau tidak di stadion. Aturan FIFA jelas: pengamanan di stadion TIDAK BOLEH MENGGUNAKAN GAS AIRMATA! Ikuti itu! Jangan bilang punya SOP sendiri. Jangan arogan! 3. Tidak ada jatah utk supporter Persebaya. Tidak ada kerusuhan antar supporter! Seperti dikatakan seorang Aremaniayg masuk lapangan, itu bentuk "protes": Kok kalah? Kami kecewa. Lain kali lebih baik ya? Itu bentuk kecintaan supporter. Malah ada yg merangkul kiper. Lha kok dipentung? Kok digebuk? Kok ditendang? Kejam ... 4. Ndhak usah cari2 alasan. Masalah utama pada pengamanan yg salah. Kapolri harus mengusut tuntas & memberi penyelesaian yang adil. Jangan remehkan nyawa Aremania saudara2 kami, mereka bagian dari Indonesia. Selamat bertugas, Pak Kapolri. Salam.

Fajar Priokusumo

Banyak ucapan dukacita. Banyak saran, banyak kritik. Tapi yang jelas, tidak ada yang lebih menyenangkan daripada nonton bola di stadion. Stadion manapun. Pak Dahlan pernah kabur dari rawatan rumah sakit buat datang ke Tambaksari. Saya pernah hampir kena gigit Herder Polisi waktu turun ke lapangan saat Persebaya juara lawan Persija. Bodo, kurang kerjaan, fanatik sempit.....terserahlah. Yang jelas seperti itulah kecintaan terhadap bola dan tim kesayangan. Salam dukacita untuk semua korban Kanjuruhan. Semoga mendapat tempat terbaik disisiNya.

Komentator Spesialis

Dulu kami kalau nonton harus naik ke atas pohon. Itu waktu masih kecil. Nggak ada duit untuk beli tiket. Stadionpun tribun masih satu sisi saja. Sisi lainnya hanya pagar yang bebas dipandang dari luar (kalau naik pohon)

Kapten

Sepanjang tahun 2021-2022, nama kepolisian meningkat tajam karena beberapa rumor pembunuhan. Terakhir isu soal gas air mata, atau bom asap. Di Malang. Jika benar kepolisian mau melakukan hal seperti itu, siapa yang mampu memobilisasi. Apakah Jokowi, belum tentu. Apakah permasalahan dari Madiun, belum tentu. Tapi trafik kemanusiaan di Jawa timur memang rumit. Sampai satu Jawa mau di seret. Lord Luhut, Mentri segala jurusan harus menjelaskan ini. Karena lebih pengalaman. Saya tidak suka menebak. Apalagi menuduh. Atau mungkin JendralDudung yang menjelaskan, karena akhir-akhir ini menjadi trend di Google Analytics.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: