Timbang Kuno Jejak Tiongkok, Bukti Warisan Leluhur di Pulau Kangean

Timbang Kuno Jejak Tiongkok, Bukti Warisan Leluhur di Pulau Kangean

Bahkan lokasi makamnya mepet dengan bangunan rumah. Dulu, makam itu sering didatangi warga China untuk ziarah, namun kini sudah tidak ada lagi yang datang.

BACA JUGA:China Luncurkan Kapal Induk Ketiga

Bukan hanya pengetahuan Encek Mang tentang leluhurnya yang mulai putus, tapi beberapa warisan budaya China di kampung itu sudah tidak bersisa. Bangunan jenis Pecinan di kawasan itu kini tidak lebih dari lima unit.

Dua di antaranya ada di sebelah kanan depan dan persis sebelah kiri rumah Encek Mang. Hampir semua warga di Dusun Pecinan sudah mengubah bentuk rumah mengikuti model modern sebagaimana rumah warga lainnya.

Bahkan, dua rumah Pecinan di kawasan itu juga banyak berubah bentuk di beberapa bagian.

Warisan rumah model Pecinan justru lebih banyak ada di dusun lain, meskipun dalam beberapa bentuk juga berubah, yakni di Dusun Lambheng Dajah, Desa Kalikatak.

Faktanya, pengaruh bahasapun juga tidak ada yang tertinggal di masyarakat Pecinan. Mereka juga menggunakan Bahasa Madura logat Kangean yang banyak berbeda dengan Bahasa Madura pada umumnya.

Satu lagi jejak China di daerah itu adalah nama jalan, yakni Jalan Ba Bun Hong di Desa Kalikatak, yang diduga kuat disadur dari kata atau nama tokoh asal China.

Mengenai punahnya tradisi China di Dusun Pecinan, Encek Mang mengatakan kemungkinan karena seluruh keturunan China di wilayah itu sudah memeluk Agama Islam yang berbeda dengan tradisi keagamaan masyarakat China.

"Jadi membakar dupa dan tradisi lainnya dari China sudah tidak ada," katanya.

Sementara makam yang diduga sebagai salah satu leluhur asal Negara China di Dusun Pecinan, kondisinya sudah dibiarkan apa adanya.

Nisan yang terbuat dari adonan semen itu kini diselimuti lumut. Tidak terlihat tulisan apapun yang menandakan bahwa jasad di dalamnya adalah orang China. 

Sekilas makam itu mirip pot bunga berukuran besar. Apalagi di samping makam ada pohon jeruk dengan daun yang lebat.

Pemandangan berbeda justru terlihat di arah kiri depan rumah Encek Mang. Di situ ada rumah panggung khas salah satu suku di Sulawesi. 

Pemiliknya, Muhammad Sofwan Sakir (Wawan) ternyata bukan dari Sulawesi. Ia berasal dari Kabupaten Sampang dan istrinya asli Pulau Kangean.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: antaranews.com