Musim Panas

Musim Panas

rid kc

Baru tahu dibalik digitalisasi tv. Ternyata begitu hemat luar biasa terhadap frekuensi dengan digitalisasi tv. Semoga dengan adanya digitalisasi tv kualitas internet kita menjadi bagus dan kecepatannya luar biasa. Ironisnya digitalisasi tv dikuasai pemain besar pertelevisian sehingga yang kecil menjadi korban. Tv lokal harus menyewa ke bos tv besar. Saru sisi pemerintah untung satu sisi tv lokal buntung. Betawa saya belum pernah lihat perbedaan antara tv analog dan digital soale tv saya tv android yang langsung akses internet. Adakah yang bisa menjelaskan perbedaan tv analog dan tv digital?

Achmad Karni

Sebagai contoh 10 MHz frekuensi bisa dipakai melayani jutaan pelanggan seluler. Sedang untuk penyiaran analog 8 MHz hanya untuk 1 lembaga penyiaran TV.. Gak sangka ternyata ini yg bikin internet maju. Kok bisa negara kalah sama juragan TV dalam jangka lama. Duh Indonesia ku

thamrindahlan

Siaran TV merupakan hiburan murah rakyat kecil. Kualitas tontonan bersih dan jernih. Tidak ada semut buram bergerak di layar tv. Nonton bola bareng menjadi lebih seru sembari teriak teriak ketika terjadi Gol. Inilah hiburan rakyat yang wajib pula diikuti PLN agar tidak ada lagi giliran braay pet. Kabupaten amuaro Jambi.. Salamsalaman. 

Jhelang Annovasho

Saya banyak belajar tantang frekuensi, bandwidth, antena, dan hal-hal di sekitar itu ketika berkuliah di ITS. Terutama bisa mengenal tokoh-tokohnya seperti Dr. Yono Hadi, atau Prof. Gamantyo yang saat jadi guru besar usianya baru 37 tahun itu. Kebijakan ini memang bagus, dan saya rasa sudah pas bila penerapannya sekarang, bukan 15 tahun yang lalu. Di sekitar Bojonegoro, anak muda di bawah 20 tahunlah yang meminta uang untuk membeli STB. Kemudian mereka mengatur jack RCA, lalu scanning channel. Empat bulan yang lalu, rata2 dapat maksimal 15 channel TV. Itu 3 MUX. Hari2 ini sudah mencapai 20-an channel, sekitar 5 MUX. Kalau mau disimpulkan, anak muda lah yang memang jadi agen perubahan digital di negara ini. Mula-mula lewat Mobile Legend, TV digital kemudian.

Lukman bin Saleh

Kalau masyarakat desa d tempat saya. Sudah sangat lama terbiasa menggunakan STB. Sejak sekitar 27 tahun yg lalu. Malah mereka menyebut STB sebagai digital. Malah bnyak yg terbiasa ganti STB setiap 4 tahun sekali. Saat piala dunia d gelar. Krn lain2 STB yg bisa menangkap sinyal siarannya. Makanya perubahan ini tidak berasa bg kami. TV dg antena analog hanya bisa d kota provinsi atau kabupaten. Atau tempat2 tertentu. Itupun chanelnya sangat terbatas. Kualitas buruk pula. Beda dg kami d desa2. Chanelnya seabreg2. Dr lokal, Nasional, sampai internasional. Krn menggunakan digital. Saya ingat. Teman2 saat itu sering menonton tv Prancis. Terutama jika orang tuanya sdg tdk d rumah. Berharap ada adegan bocil+. Yg tentu sj tanpa sensor...

bagus aryo sutikno

Gak keren blass. Harus'e kalo persebaya kalah, tivi'nya dihantam kursi. Baru mantap. Ya minimal dibanting ke lantai'lah. Githu, baru seru

Komentator Spesialis

Salut mas. Di rumah juga sama. TV sudah 10 tahun lebih nggak dihidupkan. Karena isi siaran TV swasta lokal, kontennya banyak yang tidak mendidik. Termasuk iklannya sangat lebay. Paling cuman seputar berita artis dan nyanyian. Sebagai ganti, saya sediakan konten konten pendidikan dan agama yang dengan mudah diakses melalui internet. Bahkan anak anak saya sekolah online sebelum pandemi.

bagus aryo sutikno

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: