Alhamdulillah, Bank Dunia Prediksi Indonesia Aman dari Ancaman Resesi Ekonomi Global

Alhamdulillah, Bank Dunia Prediksi Indonesia Aman dari Ancaman Resesi Ekonomi Global

Radartasik, JAKARTA - Ancaman terhadap terjadinya resesi ekonomi global diprediksi sudah berada di depan mata. 

Bank Dunia pun menyatakan rasa pesimistisnya kalau negara-negara di dunia bisa menghindari ancaman kemunduran roda perekonomian tersebut.

Namun menariknya, Bank Dunia memprediksi Indonesia merupakan salah satu negara yang akan aman dari ancaman resesi global tersebut. 

BACA JUGA:Ada Apa Ridwan Kamil Kembali Ajukan Cuti ke Swiss, Terkait Kabar Penemuan Eril Kah?

Terjadinya resesi ekonomi global sendiri di antara pemicunya adalah perang Rusia vs Ukraina, dan lockdown COVID-19 di China.

Akibatnya inflasi di berbagai negara diprediksi akan melonjak tajam. Hal ini tidak akan bisa dihindari. 

"Perang di Ukraina, lockdown di China, gangguan rantai pasokan, dan risiko stagflasi akan sangat memukul pertumbuhan. Bagi banyak negara, resesi ini akan sangat sulit dihindari," ujar Presiden Bank Dunia David R. Malpass pada Rabu (8/6/2022) seperti dilansir Fin.co.id.

BACA JUGA:Tega Sekali, Sejoli Ini Berulangkali Lakukan Aborsi, Janinnya Disimpan di Kotak Makanan

Di tengah ancaman resesi ekonomi gly tersebut Bank Dunia tidak mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini. Yaitu tetap di level 5,1 persen.

"Tekanan inflasi yang begitu tinggi di banyak negara tak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi berdasarkan Laporan Global Economic Prospect June 2022 (GEP)," terang David Malpass.

Bank Dunia, lanjutnya, melihat penurunan pertumbuhan ekonomi terjadi secara meluas yang tercermin dari pemangkasan di kelompok negara maju maupun berkembang.

BACA JUGA:Soal Sampah, Begini Hasil Sidak Dewan dan DLH Kota Tasik

Menurutnya, proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini untuk Zona Eropa sebagai episentrum konflik geopolitik mengalami revisi ke bawah. Yakni  dari 4,2 persen turun menjadi 2,5 persen.

"Perkiraan pertumbuhan Rusia diprediksi akan berkontraksi 8,9 persen. Sementara Ukraina kontraksi 45,1 persen," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: