Pada masa kolonial, nastar merupakan jenis kue khas lebaran yang khusus disajikan untuk bangsawan atau kaum priayi, terutama pada saat perayaan Idul Fitri.
BACA JUGA: Keunggulan MSI Sword 16 HX B14VFKG dengan Prosesor Intel Core i7 hingga Grafis NVIDIA RTX 4060
Biasanya, keluarga Eropa akan mengirimkan kue Nastar ke rumah-rumah keluarga Priyayi sebagai hadiah selama perayaan tersebut.
Nastar juga pernah menjadi kue khas natal di kalangan keluarga Eropa. Meskipun awalnya hanya disajikan untuk bangsawan dan kaum Priyayi saat perayaan hari besar, seiring berjalannya waktu, kue nastar kini sudah dapat dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia.
Selain itu, Nastar pun ditemukan dalam budaya Tionghoa.
Di dalam budaya Tionghoa, "nastar" mengacu pada buah pir emas yang dianggap sebagai lambang keberuntungan dan kemakmuran.
Kue nastar ini merupakan hidangan khas yang disajikan selama perayaan Tahun Baru China atau Imlek.
Warna emas pada kue nastar diyakini oleh masyarakat Tionghoa dapat membawa keberuntungan dan kemakmuran bagi mereka yang memakannya.
Seiring berjalannya waktu, kue nastar mengalami berbagai perkembangan dan variasi, termasuk dalam hal bahan, isian, dan bentuknya.
Di Indonesia, kue nastar sering dibentuk menjadi bulat yang lebih kecil daripada kue pie Belanda yang umumnya berukuran besar.
Selain itu, varian rasa kue nastar cukup variatif, mulai dari coklat, keju, hingga stroberi.
Semula, kue nastar diciptakan khusus untuk acara-acara istimewa seperti Natal atau Hari Raya Idul Fitri.
Tetapi, lambat laun kue nastar telah menjadi populer dan ternyata digemari oleh orang-orang Indonesia.
Ciri khas kue nastar yaitu berbentuk bulat kecil dengan isian selai nanas di dalamnya.
Proses pembuatan kue nastar terdiri dari bahan-bahan seperti tepung terigu, mentega, gula halus, telur, dan selai buah.