Manusia Sering Melihat Orang Menurut Kepentingannya, Ini Kata Gus Baha
Gus Baha berikan nasehat tentang seringnya manusia melihat orang menurut kepentingannya. --Foto: Tangkapan layar instagram
RADARTASIK.COM - Gus Baha pernah berkata, "Orang kalau melihat langsung itu pasti terpengaruh oleh cinta atau nggak cinta, senang atau nggak senang, sedang butuh atau nggak."
Kutipan ini mengajak kita merenungi cara kita memandang orang lain. Sederhana namun mendalam, pesan Gus Baha ini mengungkapkan bahwa pandangan kita sering kali tidak jujur karena terbungkus oleh kepentingan pribadi.
"Kalau saya sedang butuh dengan Pak Rektor itu melihatnya dengan penuh harapan, tapi kalau saya sakit mau mati itu senang lihat dokter karena ini harapan, rektor nggak ngefek gitu kan. Tapi kalau saya politikus, melihat ketua partai itu lebih respect ketimbang melihat dokter," jelas Gus Baha.
Dalam ceramahnya, Gus Baha menggambarkan bagaimana kebutuhan dan situasi hidup memengaruhi cara kita memandang orang lain.
Seorang akademisi akan menghormati rektor saat butuh rekomendasi, tetapi ketika sakit keras, dokterlah yang menjadi pusat perhatian.
Hal ini menunjukkan bahwa manusia cenderung melihat dunia bukan berdasarkan kebenaran, melainkan berdasarkan keinginan atau kebutuhan pribadi.
"Jadi gara-gara banyak kepentingan, melihat itu nggak pernah jujur. Jadi kebodohan manusia justru karena (faktor) melihat itu," tandas beliau.
Hal menarik lain dari nasehat Gus Baha adalah bagaimana beliau mengibaratkan manusia sebagai makhluk yang “tidur” sepanjang hidupnya.
"Makanya kalau dalam teori pesantren itu kebalik. Manusia itu hakikatnya tidur, baru setelah mati (ia) bangun," ungkapnya.
Pernyataan ini menyiratkan bahwa kehidupan dunia sering kali dipenuhi ilusi. Kita terjebak dalam rutinitas dan keinginan yang membuat kita tidak benar-benar “terjaga” untuk memahami hakikat kehidupan.
Baru setelah kematian, kita akan menyadari apa yang benar-benar penting dan apa yang hanya fatamorgana.
Bayangkan hidup kita seperti melihat dunia melalui kaca yang buram. Kepentingan, emosi, dan kebutuhan pribadi adalah debu yang menutupi kaca tersebut.
Saat melihat seseorang atau sesuatu, yang tampak bukanlah kebenaran, melainkan refleksi dari harapan dan ketakutan kita sendiri.
Dalam ceramahnya, Gus Baha mengajak kita untuk membersihkan kaca tersebut dengan kejujuran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: