Direktur Klinik Psikiatri: Nonton Drakor Baik untuk Kesehatan Mental

Ilustrasi drakor “It’s Okay to Not Be Okay”--Tangkapan layar X
Pengalaman Penonton
Bagi beberapa penonton, seperti Jenny Barry dan Erin McCoy, drakor memberikan dukungan emosional saat menghadapi depresi, kehilangan, atau trauma.
Jenny Barry, seorang guru di Amerika, pertama kali menonton drakor setelah kehilangan anggota keluarganya.
Ia disarankan oleh seorang teman untuk menonton serial “It’s Okay to Not Be Okay” guna menghadapi rasa kehilangan.
“Cara budaya ini menangani trauma dan depresi mental sangat menyentuh bagi saya,” ujar Barry.
“Saya mulai berduka, sesuatu yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Saya banyak menangis saat menonton serial ini, tetapi itu juga membuat saya melihat bahwa ada cahaya di ujung terowongan,” tambahnya.
Barry menyebut drakor membantu melembutkan hatinya dan memberikan harapan baru.
Sedangkan Erin McCoy, yang menghadapi depresi sejak remaja, merasakan manfaat serupa.
“Ketika seseorang hidup dengan depresi, ia menjadi tidak peka, sehingga tidak selalu merasa tidak sehat, tetapi juga tidak merasa baik-baik saja,” ucap McCoy.
“Ada banyak pasang surut di setiap cerita dalam drakor, dan merasakan perasaan karakter membantu saya memahami diri saya lebih baik,” pungkasnya.
Drama Korea menawarkan pengalaman emosional yang mendalam, yang bisa menjadi alat bantu untuk memahami dan mengelola perasaan.
Meskipun demikian, Im Soo-gyun menegaskan pentingnya tetap menggunakan pendekatan profesional untuk menangani masalah kesehatan mental yang serius.
Drakor menjadi bukti bahwa media visual tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga dapat membantu penonton mengeksplorasi dan menghadapi emosi mereka sendiri.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: al-quds al-arabi