Mengenang Deni Sobali, Korban Tewas Pesawat Smart Air yang Kini Dimakamkan di Tanah Kelahirannya, Pangandaran
Karangan bunga berjejer di sekitar rumah duka Deni Sobali, teknisi Smart Air yang tewas setelah pesawat Smart Air jatuh di Binuang, Nunukan, Kalimantan Utara. Foto: deni nurdiansyah / radartasikmalaya--
Di sekitaran rumahnya itu juga dipenuhi oleh karangan bunga dari sahabat dan koleganya.
CEO Smart Aviation Pongky Majaya mengenang sosok Deni Sobali sebagai sosok yang sangat strong, friendly, dan mudah bergaul.
"Kami merasa sangat kehilangan. Dia bekerja kurang lebih selama tiga sampai empat tahun," ujarnya.
Saat ditanya penyebab jatuhnya pesawat kargo tersebut, Pongky Majaya enggan berbicara banyak.
"Kita tidak mau mendahului tahapan penyelidikan. Pada saat pesawat itu diterbangkan sudah dirilis oleh almarhum sendiri dan sudah dinyatakan serviceable," kata CEO Smart Aviation Pongky Majaya.
Menurut CEO Smart Aviation Pongky Majaya, pesawat tersebut umurnya belum sampai dua tahun.
"Saat itu, kebetulan pesawat membawa sembako 583 kilogram untuk penduduk di daerah Binuang, Nunukan, Kalimantan Utara," jelasnya.
Pada saat itu, cuaca dalam keadaan terpantau baik tapi kemudian mendadak pesawat hilang kontak pada ketinggian 9.000 feet dengan kecepatan normal.
"Yang menjadi pertanyaan bagi kita, ada gangguan apa yang menyebabkan pilot mendadak hilang kontak di atas tengah hutan," katanya.
Meskipun demikian, insiden tersebut sudah terjadi dan kini pihaknya sedang mengupayakan asuransi jiwa untuk korban.
"Selain itu, ketenagakerjaan dan tentunya tunjangan-tunjangan," terangnya.
Proses Evakuasi Pesawat Smart Air
Sementara itu dalam proses evakuasi Tim SAR Gabungan, ada sejumlah fakta dalam kecelakaan pesawat jelang bulan suci Ramadhan ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: