Anggap Sebagai Pemimpin Pembawa Bencana, Ribuan Warga Israel Tuntut Netanyahu Dicopot Sebagai Perdana Menteri
Ilustrasi ribuan warga Israel tuntut Benjamin Netanyahu dicopot sebagai Perdana Menteri beberapa waktu lalu-Tangkapan Layar X-
RADARTASIK.COM - Ribuan warga Israel melakukan protes besar-besaran tuntut Benjamin Netanyahu dicopot sebagai Perdana Menteri karena menganggapnya sebagai pemimpin pembawa bencana.
Dianggap sebagai aksi demo terbesar sepanjang sejarah, demonstran yang memadati kantor pemerintahan Israel dan Habima Square di Tel Aviv juga meminta pemerintah mengakhiri perang di Gaza yang sudah berlangsung lebih dari tiga bulan.
Aksi serupa terjadi di sekitar kediaman Netanyahu di Kaisarea, sementara di Yerusalem, orang-orang berkumpul menuntut pengembalian lebih dari 100 tawanan yang masih ditahan di Gaza.
Ribuan demonstran di jalanan Tel Aviv membawa berbagai poster bernada protes sambil meneriakkan kalimat hujatan: “Netanyahu adalah bencana terbesar bagi Israel”.
BACA JUGA:Jalur Alternatif Bogor-Bandara Soetta Tanpa Harus ke Dalam Kota Diresmikan Presiden
Sementara itu, media Arab yang terbit di London, Al-Quds Al-Arabi, mengulas laporan The Financial Times yang menganggap situasi di Timur Tengah berada di ambang jurang kehancuran setelah konflik antara Israel dan Hamas mulai menyebar ke negara lain.
The Financial Times membahas serangkaian insiden minggu lalu yang memicu kekhawatiran bahwa konflik tersebut dapat memicu perang regional di Timur Tengah.
Setelah lebih dari tiga bulan serangan besar-besaran Israel terhadap Hamas di Gaza, milisi yang didukung Iran mulai membalas tindakan tersebut dengan melancarkan lebih dari 100 serangan terhadap pasukan AS di Irak.
Milisi Houthi, yang juga didukung Iran, melakukan serangkaian serangan terhadap kapal komersial di Laut Merah.
BACA JUGA:AC Milan Siap Tumbalkan Lorenzo Colombo untuk Datangkan Bek Sangar Radu Dragusin
Konflik semakin memanas karena dalam sebuah serangan di Beirut yang menewaskan pejabat terkemuka Hamas, Saleh al-Arouri, Israel tidak mengakui atau mengkonfirmasi tanggung jawabnya, tetapi tidak menyembunyikan niatnya untuk membunuh para pemimpin Hamas setelah serangan pada 7 Oktober.
Tak lama kemudian, pasukan Amerika juga membunuh seorang pemimpin milisi yang didukung Iran di Bagdad, sebagai respons terhadap serangan terhadap pasukan Amerika.
Di antara dua pembunuhan itu, sebuah bom bunuh diri meledak dekat makam pemimpin Garda Revolusi di Kerman, Qassem Soleimani, menewaskan lebih dari 80 orang.
ISIS mengaku bertanggung jawab, menunjukkan upaya mereka untuk mengambil keuntungan dari situasi tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber